Banyak orang yang masih berpendapat bahwa hidup manusia sudah ditakdirkan oleh Tuhan, artinya bahagia atau celaka hidup manusia itu semuanya telah ditentukan dan diatur oleh Tuhan, manusia tinggal menerimanya begitu saja. Meskipun manusia berusaha sekuat tenaga, tetapi kalau itu bukan kehendak Tuhan, maka orang tetap tidak mengubah hidupnya. Pandangan ini tidak benar sebab Tuhan memberikan kebebasan bagi manusia sejak menciptakannya, sehingga manusia dapat memilih dan dapat menentukan sendiri.
Bahkan baik untuk bahagia maupun celakanya, semua keputusan diserahkan kepada manusia. Pandangan mengenai takdir menyebabkan banyak orang mudah putus asa dan tidak punya semangat. Padahal, Tuhan Allah justru menghendaki hidup manusia sejahtera dan bahagia. Kalau kita renungkan sungguh-sungguh banyak peristiwa yang kita alami dalam hidup kita, berasal dari Tuhan. Tuhan selalu membantu kita melalui kehadiran orang lain dan melalui lingkungan sekitar. Bahkan dalam situasi sulit yang tidak kita duga, Tuhan pun membantu kita.
Karena itu kita tidak perlu menyangsikan lagi bahwa Tuhan Allah selalu baik kepada umat-Nya termasuk pada diri kita masing-masing. Yang terpenting adalah kepekaan kita. Kalau kita sudah biasa mengalami kebaikan Tuhan lewat orang lain dan lingkungan atau alam sekitar, sebenarnya kita akan disadarkan bahwa kebaikan Tuhan terhadap diri kita pasti lebih besar
Maka kita perlu mengubah pandangan hidup atau cara kita memandang dan menilai segala sesuatu. Kita harus senantiasa memandang hidup kita dan lingkungan atau bumi secara optimis. Hidup kita merupakan berkat dan anugerah yang perlu dipertanggungjawabkan. Karenanya, adalah berbahaya kebiasaan orang jaman sekarang ini yang memandang hidup manusia itu dari kegunaannya saja. Orang disebut sumber daya manusia, dan ia berguna bagi masyarakat karena SDM-nya tinggi.
Banyak orang mengira bahwa setiap “waktu” yang ia miliki dalam hidup hanya untuk mencari uang dan mencari keuntungan. Bagi orang beriman waktu itu pun merupakan berkat yang perlu dipergunakan sebaik-baiknya untuk memulihkan kehidupan dengan menciptakan bumi yang sehat dan manusia yang sejahtera. Orang beriman akan memandang hidupnya bukan hanya saat ini saja, tetapi berani memandang masa depan, karena lebih percaya bahwa nilai hidupnya terletak pada semangat dan optimisme untuk mau menerima kehendak Tuhan yang menciptakan bumi yang sehat demi kesejahteraan manusia.
(Fr. Paskalis Jaftoran)