Hari Biasa (H)
BcE Yer. 26:11-16.24;Mzm. 69:15-16.30-31.33-34; Mat.14:1-12
Saudara-saudari yang terkasih, hari ini kita akan merenungkan kisah yang terdapat dalam Matius 14:1-12, tentang Yohanes Pembaptis yang dengan berani menyampaikan kebenaran dan akibat dari keteguhannya dalam membela kebenaran tersebut. Kisah ini tidak hanya memberikan pelajaran tentang keberanian, tetapi juga tentang konsekuensi dari berdiri di atas prinsip yang benar.
Yohanes Pembaptis, seorang nabi yang dikenal karena keberaniannya, dipenjarakan oleh Herodes Antipas. Yohanes ditahan karena secara terang-terangan mengecam pernikahan Herodes dengan Herodias, istri saudara tirinya, Filipus. Menurut Hukum Musa, pernikahan tersebut tidak sah dan dianggap sebagai perzinaan. Yohanes tidak ragu untuk mengungkapkan dosa ini, meskipun tahu resikonya besar.
Herodes merasa terpecah antara rasa takutnya terhadap Yohanes, yang dianggap sebagai nabi oleh rakyat, dan dorongan Herodias yang mendendam terhadap Yohanes. Meskipun Herodes menyadari bahwa Yohanes adalah orang benar, desakan dan kebencian Herodias begitu kuat sehingga akhirnya Herodes tunduk pada permintaannya. Markus 6:19 mencatat bahwa Herodias terus-menerus mencari cara untuk membunuh Yohanes.
Kesempatan yang dinantikan Herodias datang saat perayaan ulang tahun Herodes. Herodias menggunakan putrinya untuk menari di hadapan Herodes dan para tamunya, yang membuat Herodes terpesona. Dalam keadaan mabuk dan terpesona, Herodes berjanji untuk memberikan apapun yang diminta oleh gadis itu, bahkan setengah dari kerajaannya. Dengan bimbingan ibunya, gadis itu meminta kepala Yohanes Pembaptis di atas piring. Herodes, meskipun sangat berduka, tidak dapat menarik kembali sumpahnya dan memerintahkan agar Yohanes dibunuh.
Kisah ini memberikan kita gambaran jelas tentang harga yang harus dibayar untuk menyatakan kebenaran. Yohanes Pembaptis tidak mundur meskipun ancaman nyata terhadap nyawanya. Dia setia pada panggilannya sebagai nabi Tuhan, menunjukkan kepada kita pentingnya integritas dan keberanian dalam membela kebenaran, bahkan dalam menghadapi kematian.
Saudara-saudari, dari kisah Yohanes Pembaptis ini, kita belajar bahwa keberanian untuk menyuarakan kebenaran adalah suatu keutamaan yang sangat berharga. Yohanes adalah contoh teladan bagi kita semua dalam hal keteguhan iman dan keberanian. Sebagai pengikut Kristus, kita diajak untuk tidak takut dalam menyampaikan kebenaran dan mempertahankan prinsip-prinsip iman kita, meskipun menghadapi tantangan dan risiko besar. Mari kita berdoa agar diberi kekuatan dan keberanian seperti Yohanes Pembaptis dalam menjalani hidup kita sehari-hari.
Fr. Yohanis Rangkoly
“…Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak.”(Mat. 14: 9)
Marilah Berdoa:
Ya Bapa Semoga Engkau selalu ada bersama kami untuk bersaksi tentang kebenaran. Amin.