Refleksi: “Hidup dalam Kebenaran”

0
21559

Salah satu perjuangan dalam hidup beriman ialah, bagaimana hidup dalam kebenaran. Hidup dalam kebenaran berarti hidup tanpa kepalsuan, hidup tanpa manipulasi. Dengan kata lain, hidup dalam kebenaran berarti hidup secara jujur. Sebagai orang Kristiani, sebagai pengikut Kristus, kita mesti menyadari, bahkan mempraktekkan kebenaran dalam hidup sebagaimana Allah Bapa yang adalah sumber kebenaran.

Dalam diri Allah, tidak ada kepalsuan karena Allah adalah kebenaran sejati. Selalu ada keselarasan antara apa yang dikatakan Allah dan yang diperbuat-Nya. Memang disadari bahwa, sebagai manusia yang sering kali jatuh karena kelemahannya, mempraktekkan kebenaran bukanlah hal yang mudah. Hal ini membutuhkan perjuangan yang berat. Mengapa? Seringkali apa yang mudah dikatakan susah untuk dipraktekkan. Kebenaran menuntut kesatuan antara perkataan dan perbuatan.

Bagaimana cara kita untuk bisa hidup dalam kebenaran? Pertama, hidup dalam Yesus yang adalah sumber kebenaran. Artinya, bahwa hidup sesuai dengan yang dipraktekkan oleh Yesus sendiri, Kedua, punya prinsip hidup. Jika “Ya” katakan “Ya” dan jika “tidak” katakan “tidak” (Bdk. Mat. 5:37).

Memiliki prinsip hidup mengandaikan ada penilaian yang jujur dari pribadi. Sebuah penilaian itu lahir dari sikap objektivitas pribadi itu sendiri. Kebenaran adalah suatu unsur esensial sebagai pengikut Kristus. Yesus sendiri dalam hidup, selalu memperjuangkan kebenaran itu. Perjuangan Yesus itu dibuat dalam bentuk pengajaran-pengajaran-Nya tentang Kerajaan Allah. Semua itu dapat dilihat pada tindakan-tindakan-Nya dan cara hidup-Nya. Sebagai pengikut Kristus, kita juga memiliki kewajiban untuk mempraktekkan kebenaran itu; berjuang untuk kebenaran itu sendiri.

Berbicara banyak hal tentang Kristus adalah upaya untuk memperjuangkan kebenaran itu. Namun hal itu belum lengkap jika hanya menjadi sebuah teori semata. Itu semua mesti dibarengi dengan cara hidup dari manusia itu sendiri. Menjadi sebuah omong kosong, jika pribadi berbicara banyak tentang kebenaran tanpa mempraktekkan kebenaran itu. Mempraktekkan kebenaran misalnya berbicara secara jujur, punya ketulusan hati, dan suka berterus terang.

Lantas kita akan bertanya: sudahkah ‘aku’ hidup dalam kebenaran? Kebenaran macam apa yang telah ‘aku’ hidupi selama ini? Apa yang harus ‘aku’ lakukan untuk terus hidup dalam kebenaran itu?

(Fr. Damianus Batlayeri)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini