Refleksi:”In Te, Domine Speravi”

0
1051

“In te, Domine speravi (Padamu, Ya Tuhan aku menaruh harapan)”. Pada tanggal 28 Oktober 2022 yang lalu, Gereja merayakan Pesta Santo Simon dan Yudas, Rasul, yang begitu setia mengikuti Yesus hingga akhir hidup mereka dengan menjadi seorang misionaris dan akhirnya wafat sebagai Martir di Persia. Bacaan-bacaan liturgi hari itu mau mengajak kita untuk meneladani kesetiaan Simon dan Yudas dalam menjalankan tugas perutusan mereka hingga wafat sebagai seorang martir.

Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus memberikan nasehat bahwa, kematian Kristus di atas kayu salib menjadikan kita sebagai anggota keluarga Allah yang dibangun atas dasar para Rasul dan para nabi dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Nasehat Rasul Paulus ini menjadikan para rasul dan para murid Yesus dari masa ke masa rela menjadi martir demi imannya kepada Kristus. Menjadi murid Yesus adalah anugerah dan panggilan untuk melakukan kehendak Bapa di Surga, karena itu setialah kita pada iman akan Kristus. Kristus, sebelum mengangkat ke 12 Rasul, diberitakan oleh penginjil Lukas, terlebih dahulu semalam-malaman berdoa kepada Allah. Hal ini dilakukan oleh Yesus, supaya apa yang Ia lakukan merupakan kehendak Bapa yang telah mengutusnya (Bdk. Yoh. 7:17).

Kemartiran Simon dan Yudas memberikan teladan kepada kita untuk setia melayani-Nya yang telah mengutus kita untuk mengelola bumi (Bdk. Kej 1:28), berdasarkan talenta yang dianugerahkan kepada kita. Sehingga dalam penderitaan pun kita tetap bersukacita sebab bersama pemazmur kita senantiasa berseru “Dalam kebaikan-Mu, ya Allah Engkau memenuhi kebutuhan orang yang tertindas”. Ketika kita mengalami pergumulan dan penindasan karena melakukan kehendak Allah, janganlah takut. Musuh kita, mungkin dapat menindas yang mengakibatkan penderitaan jasmani bahkan kematian seperti para martir, tetapi mereka tidak memiliki kuasa untuk membunuh jiwa kita.

Melalui perayaan kemartiran Simon dan Yudas, semoga hidup kita ini hanya semata-mata untuk melaksanakan kehendak Allah melalui pikiran, perkataan dan perbuatan kita sebagai wujud nyata pujian kita, sebab pujian kita tidak menambah kemuliaanNya tetapi berguna untuk keselamatan kita.

(Fr. Gregorius Anselmus Legi)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini