Refleksi: “Wajah Belas Kasih Allah”

0
1786

Suatu ketika, saya sedang duduk makan di salah satu rumah makan. Tak lama kemudian datanglah seorang anak kecil dengan baju compang-camping. Ketika ia sampai di samping saya, tanpa aba-aba atau kode apapun, anak itu langsung bernyanyi salah satu lagu pop rohani yang berjudul “Hidup ini adalah kesempatan”. Setelah bernyanyi dengan baik, anak tersebut mulai menyodorkan topi yang ia pakai dengan harapan mendapatkan belas kasih dari semua orang yang ada di tempat itu. Ada yang memberi uang, sembari bertanya apakah anak tersebut masih sekolah atau tidak. Anak itu memberi jawaban bahwa ia masih sekolah tetapi harus mengamen untuk mencari uang. Melihat hal tersebut saya merasa kagum, sedih, dan prihatin. Anak ini adalah salah satu dari orang kecil yang berjuang untuk hidup. Ia berjuang keras untuk menghidupi dirinya dan keluarganya. Ia adalah pejuang hidup.

Pengalaman ini mengatakan apa bagi saya?

Pertama, dalam permenungan, saya berpikir dan berefleksi bahwa Tuhan menampilkan wajah-Nya dalam diri orang-orang kecil. Saya punya bukti yaitu bahwa setelah bertemu dengan anak tadi saya melihat pengharapan yang besar. Saya melihat bahwa dari anak kecil ini, Tuhan hadir dan menampakkan wajah belas kasih-Nya bagi saya supaya saya turut berbelas kasih bagi sesama yang membutuhkan. Dengan begitu setiap orang terpanggil untuk memberi kasih kepada sesamanya. Saya berpikir bahwa inilah cara Tuhan untuk menyatukan manusia dalam kasih-Nya. Benarlah bahwa dalam Injil, Tuhan Yesus selalu berpihak pada orang kecil. Ia selalu ada bagi mereka yang miskin, pendosa, pemungut cukai, mereka yang sakit, dan mereka yang terpinggirkan. Dalam diri orang kecil, Yesus menampakkan wajah belas kasih Allah.

Kedua, bagi saya, perjumpaan dengan orang-orang kecil, menyadarkan saya akan kasih Allah dalam hidup manusia khususnya saya sendiri. Perjumpaan dengan orang kecil tidak membuat saya bersyukur karena tidak hidup menderita, tapi membuat saya bersyukur karena saya boleh disadarkan betapa lemahnya saya ketika berhadapan dengan tantangan.

Sebagai anggota gereja, saya menyusun tekad agar dalam hidup harian saya turut ambil bagian dalam karya pewartaan dimana saya terpanggil di dalamnya, yaitu untuk merangkul sesama supaya boleh terus-menerus memberi kasih pada setiap orang dan pada setiap kesempatan dalam hidup saya. Sebab dari mereka yang kesusahan, Tuhan menegur saya supaya dapat mengoptimalkan diri dalam jalan panggilan. Tidak mengeluh melainkan terus bersyukur.

(Fr. Delviano Kapele)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini