Kehidupan manusia sesungguhnya tidak lepas dari tanda-tanda zaman. Mau tidak mau, manusia diharuskan supaya bisa menyesuaikan diri dan bahkan hidup dan berkembang mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi. Bahkan, setiap manusia harus mampu menggunakan tanda-tanda zaman sebagai media untuk berefleksi.
Salah satu tanda zaman yang sedang terjadi sekarang ini dan bahkan sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia adalah Pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 ini membuat seluruh aktivitas dari kehidupan manusia seakan “tidak bebas” atau dengan kata lain seperti dikekang. Artinya setiap manusia tidak bergerak secara bebas menurut keinginannya secara pribadi. Di satu sisi, pandemi membawa dampak yang kurang baik secara khusus dalam hal kesehatan manusia. Namun di lain sisi, pandemi justru membawa nilai-nilai baik secara khusus dalam relasi sosial. Mengapa demikian?
Saya berefleksi misalnya dalam kehidupan keluarga. Mungkin sebelumnya semua sibuk dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing sehingga intensitas perjumpaan jarang sekali terjadi. Pandemi Covid-19 mengharuskan orang untuk tetap stay at home, tinggal di rumah. Setiap keluarga bisa berkumpul bersama-sama di rumah mereka masing-masing. Terciptanya kembali kehidupan keluarga yang lebih harmonis dapat terjadi dalam situasi semacam ini. Ayah, ibu dan anak-anak saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Pandemi Covid-19 ini perlahan-lahan menjadi bagian dari kehidupan seluruh umat manusia. Oleh karena itu, kita tidak harus merasa terpukul dengan adanya pandemi ini, melainkan semakin dikuatkan dan bisa membantu kita untuk merefleksikan perjalanan hidup masing-masing. Selama pandemi ini, saya memberikan banyak waktu untuk berefleksi: apakah saya sudah melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi saya pribadi, keluarga ataupun bagi orang lain yang saya jumpai?
Pandemi belum berakhir dan tak tahu kapan akan berakhir. Namun, sikap saling menjaga dan memperhatikan antara satu dengan yang lain tak boleh berakhir. Sikap egoisme, baik untuk kepentingan diri sendiri ataupun kelompok tertentu, harus dihindari. Pandemi Covid-19 ini harus dilihat dengan menggunakan kacamata positif.
Dan, kini kita dapat bertanya pada diri kita sendiri: dengan cara bagaimana kita dapat membantu pemulihan dunia yang sedang tidak baik-baik saja ini? Sebagai warga negara yang baik, anjuran dari pemerintah mengenai protokol kesehatan: memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak adalah cara kita membantu pemulihan dunia.
Dari sisi keberimanan kita sebagai orang-orang Kristiani, Kristus harus dipandang sebagai Sang Penyembuh jiwa dan tubuh. Kita diberikan tugas untuk meneruskan karya penyelamatan-Nya. Kita dipanggil untuk meneruskan karya-Nya itu, yakni dalam kerangka menyembuhkan dan memulihkan dunia baik secara fisik, sosial maupun spiritual.
(Fr. Krisjumon Tohea)