Refleksi: “Zona Nyaman”

0
2163

Sebagai orang Kristen, saya yakin bahwa banyak dari antara kita mengalami ketakutan saat harus berhadapan dengan orang lain. Alasannya yakni, karena takut dinilai jelek, takut dihina, disingkirkan, dan terlebih takut untuk menderita.

Ada rupa-rupa  perasaan takut yang hendak muncul dan menggerogoti hati kita. Sehingga tanpa disadari hal itu bisa membuat kita mejadi lupa, menjauh, bahkan berpaling dari identitas diri sebagai manusia, atau seorang pengikut Kristus. Sehingga terkadang setiap orang didorong untuk memutar haluan mengarah pada kegelapan hatinya. Kuasa gelap meraja di hati dan kuasa terang kini memudar.

Penderitaan, penindasan, peperangan, pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, haus akan harta duniawi, sengsara, iri hati, kebencian, kekuasaan dan kesombongan terus menguasai hati orang-orang yang jauh dari Pencipta. Sehingga ratap tangis dan rintihan pedih pun terdengar di mana-mana dan menghanguskan gemilangnya persatuan dan kesatuan yang pernah terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.

Keluar dari zona nyaman berguna untuk menikmati revolusi dunia dari rasa takut akan penderitaan. Yesus mengajak kita supaya tetap waspada agar jangan disesatkan olah ajaran-ajaran palsu. Alias jagan terpengaruh dengan isu-isu yang terjadi saat ini, yang mengancam keberadaan sebagai manusia.

Hendaklah kita orang Kristen melihat dan belajar dari Kristus, dimana permulaan penderitaan Yesus, menjadi tolak ukur bagi kita untuk menantikan keselamatan. Tanpa penderitaan yang dialami-Nya di kayu salib, maka kelahiran kembali atau keselamatan pun tak akan kita alami.

Ia yang menderita sengsara dan wafat di salib, kini bangkit dan terangkat ke Surga dengan Pribadi yang baru. Dalam upaya untuk menghadapi kesulitan dan penderitaan itu, menjadi kesempatan pula bagi kita untuk bersaksi bahwa untuk menyambut kedatangan-Nya, perlulah mempersiapkan diri secara total.

Dengan menjadi saksi, kita pun ikut ambil bagian sebagai murid Kristus, yang berani menyangkal diri, memikul salib, dan mengikuti Yesus. Ungkapan tegas ini muncul, supaya janganlah memikirkan lebih dahulu tentang pembelaan, karena menjadi saksi Kristus itu merupakan tugas yang berat. Terkadang kita mengalami penolakan, penghinaan, dsb. Itulah konsekwensi sebagai pengikut Kristus. Sadarlah bahwa Yesus pun mengalami hal itu.

“Sebab aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu” (Luk. 21:15). Jadi, terlihat dengan jelas bahwa menjadi pengikut Kristus kita tidak boleh takut untuk menghadapi kesulitan dan tantangan.

Sebab Ia berjanji akan memberikan kepada kita kata-kata hikmat untuk melawan semuanya. Sehingga dengan menjadi orang Kristen umat beriman diajak untuk tak gentar melayani Kritus. Sehingga genaplah apa yang tertulis dalam Flp. 4:13, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku”.

(Fr. Bobi Larat)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini