Refleksi: “Semua Indah Pada Waktunya”

0
2304

Manusia adalah mahkluk yang memiliki rasio, mahkluk yang selalu berpikir, sehingga tidak salah kalau manusia selalu mempertanyakan eksistensinya, dirinya dan dunia sebagai tempat tinggalnya. Berdasarkan pengertian ini, dapat dikatakan juga bahwa manusia memiliki kehendak bebas untuk menentukan masa depan dan tujuan arah hidupnya dengan menggunakan suara hati.

Oleh karena itu, tak bisa dipungkiri bahwa setiap orang diciptakan dengan pikiran, kehendak, keinginan yang berbeda-beda atau dengan kata lain setiap orang diciptakan secara unik. Dengan demikian, kehidupan dari setiap orang tidak dapat diketahui oleh orang lain atau sangat baik apa yang dikatakan kata bijak bahwa hidup ini penuh dengan misteri. Misteri berarti sesuatu yang belum jelas, masih tanda tanya, belum terbuka rahasianya.

Berhubungan dengan itu, permulaan perjalanan panggilan saya sebagai seorang calon imam pertama-tama datang dari Yesus sendiri. Selain Yesus sebagai pemeran utama, ada juga pemeran-pemeran pendukung yang turut bekerja dalam perjalanan panggilan saya.

Pemeran pendukung itu tidak jauh dari kehidupan saya, ia selalu dekat dengan saya dan selalu ada di saat saya membutuhkan, selalu mengajari saya untuk melakukan yang baik dan menghindari yang jahat. Bahkan lebih dari itu, ia juga memperjuangkan kehidupan saya antara hidup dan mati. Saya menyebutnya sebagai malaikat pelindung.

Jika dilihat, terdapat dua tokoh penting dalam perjalanan panggilan saya yakni Kristus sendiri sebagai pemeran utama yang selalu menjadi batu penjuruku dalam menapaki panggilan suci ini.

Pemeran pendukung atau malaikat pelindung yang menjadi bagian dari perjalanan panggilan saya adalah orang tua yang selalu menguatkan dan memberi dorongan, semangat kepada saya untuk memilih jalan yang indah ini.

Meskipun demikian, sebagai lelaki yang normal, saya tidak langsung menerimanya begitu saja karena saya berpikir bahwa menjadi imam berarti tidak memiliki keturunan untuk selamanya (tidak kawin) atau hidup selibat. Oleh karena itu, awal mula panggilan saya sebagai calon imam tidak datang dari pribadi sendiri atau kemauan saya sendiri.

Namun, apalah daya tangan tak sampai, cinta kasih Yesus begitu besar dan terus mengalir dalam diri kedua orang tua saya sehingga dengan gagah berani saya memilih untuk menjadi pria yang bukan hanya milik seseorang tetapi milik semua orang.

Dari sini, saya tidak menyesal memilih jalan suci ini karena saya yakin dan percaya bahwa apa yang Tuhan kehendaki bagi diri saya akan indah pada waktunya. Dengan demikian sangat baik yang disabdakan oleh Yesus sendiri dalam Mat. 6:33, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”.

(Fr. Mesak Wermasubun)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini