Sebuah pepatah klasik berbunyi, “Tak dikenal, tak disayang, tak disayang maka tak dicinta. Bahkan jika tak dicinta, maka pastilah hati dapat menolak kehadiran”. Pepatah ini relevan dengan situasi yang dialami Yesus
di tanah kelahiran-Nya.
Injil menceritakan tentang penolakan Yesus oleh kaum-Nya. Penolakan ini menunjukkan mereka tidak mau menerima Yesus sebagai Mesias. Hal ini disebabkan karena mereka belum mengenal Yesus secara mendalam. Pengenalan mereka hanya terpusat pada Yesus sebagai anak Yusuf dan Maria. Anak dari keluarga sederhana. Dengan kata lain, mereka mengenal Yesus sebatas status sosial, sehingga panggilan dan tujuan kehadiran Yesus diabaikan oleh mereka. Hal itu nampak lewat sikap menolak dan tidak menghargai Yesus. Kita pun sering menolak Yesus lewat aktivitas yang tidak mencerminkan corak hidup-Nya sebagai teladan kita. Inijl ini menginspirasikan tiga hal penting sebagai pengikut Yesus. Pertama sikap pengenalan akan Dia. Pengenalan akan Yesus bukanlah hanya terarah pada status sosial, melainkan pada perutusan dan makna kehadiran-Nya. Yesus hadir dalam keadaan sederhana sebagai tanda kosolideran-Nya dengan manusia yang sangat sederhana. Kesederhanaan manusia nyata dalam ketergantungan dengan lingkungan, jabatan, sesama dan kepada Allah. Sederhana dan lemah menyebabkan manusia sering jatuh dalam dosa. Keadaan inilah yang menyebabkan Allah hadir dalam wujud manusia sederhana yaitu Yesus Kristus, Sang Mesias. Kehadiran Yesus merupakan upaya Allah untuk mengangkat kita dalam kesederhanaan supaya hidup kita bermakna dan menjadi sempurna sebagai anak-anak-Nya. Kedua adalah sikap mencintai Yesus. Cinta kepada Yesus berarti penyerahan diri secara total kepada-Nya. Penyerahan totalitas diri menunjukkan bahwa hidup sungguh disandarkan kepada penyelenggaraan Allah. Hal ini hanya terjadi apabila ada kesungguhan hati dalam mengenal Yesus dan menerima Dia sebagai Mesias. Ketiga adalah sikap mengikuti Yesus. Pengenalan dan cinta kita kepada Yesus membutuhkan bukti ataupun tindakan konkret. Sejatinya adalah kita dapat meneladani Yesus dalam mewartakan kebenaran. Hidup sebagai pewarta kebenaran menuntut kita untuk siap menghadapi tantangan, hinaan dan bahkan penolakan.
Sebagai pengikut Kristus, panggilan kita adalah melaksanakan kehendak Allah. Terkadang tantangan bahkan penolakan akan kita alami. Namun, Allah menghendaki kita untuk terus bertahan dan berjuang. Itulah bukti nyata pengenalan dan cinta kita kepada-Nya, sekaligus untuk itulah Yesus mengutus kita.
(Benediktus Basail)