“Mengampuni”: Renungan, 6 Maret 2018

0
2265

Ada sebuah kisah, tentang seorang pemuda yang mempunyai banyak luka pada tubuhnya. Ketika sahabatnya melihat luka-luka itu, sahabat

itu menyarankan agar si pemuda segera pergi ke dokter. Iapun mengikuti saran sahabatnya dan segera pergi ke dokter. Setelah beberapa bulan dirawat dan mengkonsumsi obat dari dokter iapun sembuh. Tetapi setelah sembuh si pemuda mengambil pisau dan menyayat tubuhnya, sehingga keadaanya jadi lebih buruk dari sebelumnya. Luka lama telah sembuh, tetapi dibuat luka baru yang lebih parah. Dalam berbuat dosa, manusia sering kali seperti demikian. Manusia berdosa, bertobat dan mendapat pengampunan, lalu jatuh lagi dalam dosa. Kita sering berdosa walaupun baru meninggalkan kamar pengakuan.

Cerita tadi mengantar kita pada perumpamaan yang diungkapkan oleh Yesus dalam Injil. Manusia sering kali jatuh dalam dosa. Yesus mengajarkan kepada kita untuk berani mengakui kesalahan dan belajar untuk mengampuni sesama kita. Pertanyaan tentang berapa kali manusia harus mengampuni sesamanya menunjukkan sisi lemah manusia yang selalu jatuh dalam dosa. Ia berkata bahwa orang harus mengampuni sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali. Dengan sendirinya, Yesus mengakui bahwa manusia sering jatuh dalam dosa. Tapi, Ia mengajarkan untuk selalu mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Walaupun berulang-ulang kali, kita harus memaafkan sesama yang bersalah. Mengapa demikian? Di hadapan Allah, kita semua sama. Kita semua berdosa. Tetapi karena belas kasih-Nya, utang-utang dosa kita dihapuskan. Maka baiklah kita juga bercermin dari Allah sendiri, dan mau memaafkan sesama yang berbuat salah kepada kita.

Dalam kehidupan sehari-hari, kadang kala memaafkan sesama menjadi hal yang sulit. Apalagi mau memaafkan orang yang pernah membuat kita sakit hati dengan menghina atau mencemarkan nama baik kita. Akan tetapi, baiklah kita berusaha memaafkan siapa saja yang bersalah kepada kita. Dalam masa pertobatan ini pula, kita mendapat kesempatan untuk bertobat dan masuk kamar pengakuan. Dalam kamar pengakuan, kita menerima kebaikan Allah. Allah mengampuni dosa kita dengan cinta-Nya. Allah saja berbelas kasih dan mengampuni kita. Maka dari itu, kita pun harus mengampuni sesama. Allah akan mengampuni kita, tapi kita pun harus terlebih dahulu mengampuni sesama kita. Rahmat pengampunan dari Allah dapat kita terima, tetapi itu semua dimulai dari diri kita sendiri.

(Fr. Emanuel Paji Sopa)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini