Hari Biasa (H).
Yun.4:1-11; Mzm. 130:1-2,3-4ab,7-8; Luk.10:38-42.
Semua orang pasti memiliki kesibukannya masing-masing. Entah bekerja untuk mengejar karir, mengurus rumah tangga atau keluarga, sekolah untuk mendapatkan gelar, mengembangkan hobi dan bakat, dll. Pertanyaannya, apakah di antara berbagai kesibukan atau padatnya aktivitas itu, kita tahu memprioritaskan mana yang utama dan mana yang tidak? Secara tidak disadari, kita terkadang hanya menyibukkan diri dengan hal-hal yang bukan prioritas atau bahkan tak berguna, sehingga membuat kita lupa meluangkan waktu untuk Tuhan. Ini adalah bentuk kemunduran rohani. Akibatnya, semua pekerjaan kita kehilangan makna dan tujuan yang semestinya.
Injil Hari ini mengisahkan Maria dan Marta yang menyambut kedatangan Yesus di rumah mereka. Marta begitu sibuk dengan segala macam hal, sedangkan Maria duduk tenang dan mendengarkan dengan saksama apa yang dikatakan oleh Yesus. Dalam perjumpaan itu, ada suatu peristiwa yang membuat Tuhan memberikan teguran kecil kepada Marta. Kita pun dapat bertanya, mengapa Yesus menegur Marta? Kesalahan fatal Marta adalah ia merasa bahwa tindakannya yang paling benar dan menilai sikap Maria itu keliru. Marta bahkan menyuruh Yesus agar Maria melakukan sesuatu supaya dapat membantunya. Tetapi Yesus malah mengatakan kepada Marta bahwa ia terlalu khawatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, padahal hanya satu saja yang perlu. Sebab, “Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya”.
Kisah ini memberikan pelajaran kepada kita tentang arti memprioritaskan Tuhan dalam hidup. Tuhan tidak melarang kita untuk bekerja, tetapi Ia hanya menginginkan kita supaya menjadikanNya sebagai sumber kehidupan yang utama. Sibuk dengan berbagai aktivitas atau pekerjaan tertentu adalah hal yang wajar. Namun, semuanya itu akan menjadi sia-sia apabila kita lupa menyertakan Tuhan di dalamnya. Misalnya, masuk Gereja pada hari Minggu untuk bersyukur kepada Tuhan atas segala nikmat yang selalu Ia nyatakan dalam aktivitas atau pekerjaan kita. Tak hanya itu, Tuhan juga memberi kita kesempatan-kesempatan tertentu di setiap waktu untuk dapat berkomunikasi secara personal denganNya lewat doa. Jadi, kesibukan bukan menjadi alasan bahwa kita tidak bisa bersekutu dengan Tuhan. Maka dari itu, marilah kita belajar dari Maria yang senantiasa menjadikan Tuhan sebagai Yang utama dalam hidup. Kesetiaan dan ketaatan Maria bukan nampak dari pekerjaan-pekerjaan yang luar biasa, tetapi bagaimana ia menjadikan Tuhan sebagai sandaran dan prioritas dalam hidupnya.
(Fr. Emanuel Helsi Gani)
“Maria duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataanNya.” (Luk.10:39)
Marilah berdoa:
Ya Tuhan, semoga kami selalu mengutamakan Engkau dalam hidup. Amin.











