“Teguran Nyata”: Renungan Senin , 7 November 2022

0
1437

Hari Biasa (H)

Tit. 1:1-9; Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6; Luk. 17:1-6

Dalam hidup setiap hari, kita selalu berjumpa dengan siapa saja baik yang kita kenal maupun yang tidak kita kenal. Pribadi-pribadi yang kita temui tentu memiliki karakter dan pemikiran yang berbeda-beda. Dalam perjumpaan itu, ada rupa-rupa hal yang kita alami baik itu pengalaman suka maupun duka. Tak jarang juga kita menerima teguran dari sesama kita baik dari orang tua, sanak saudara, teman maupun dari guru. Teguran yang diberikan mungkin membuat kita merasa tak nyaman. Akan tetapi, orang lain tak akan memberikan teguran jika tindakan kita itu benar. Teguran diberikan ketika ada perkataan maupun sikap kita yang tidak sesuai.

Yesus dalam Injil memberikan beberapa nasihat kepada para murid-Nya. Dalam nasihat-Nya itu, Yesus ingin agar kita menjadi orang yang mampu mengampuni sesama yang berbuat dosa dan kesalahan. Yesus mengajak kita untuk menjadi pribadi yang memiliki cinta kasih dan kepedulian dalam diri. Cinta kasih harus diwujudnyatakan dalam tindakan kita sehari-hari. Nah, wujud nyata cinta kasih itu ialah ketika kita peduli dengan sesama kita dan kepedulian dalam diri itu terwujud melalui teguran. Teguran yang dimaksud tentu bukan dalam arti yang negatif, tetapi dalam arti yang positif dan berdasar atas cinta kasih.

Jika seseorang berbuat dosa atau kesalahan, maka kita harus menegurnya. Jika ia menyesali perbuatannya, maka kita pun harus mengampuninya. Karena teguran yang nyata itu lebih baik daripada kasih yang tersembunyi. Teguran dan pengampunan yang kita berikan kepada sesama kita itu berguna bagi diri kita maupun sesama kita. Semuanya itu harus dilakukan atas dasar cinta kasih dan membutuhkan iman yang mantap. Dengan iman, kita diteguhkan dan dimampukan untuk mengampuni sesama.

Tantangan yang terbesar dan yang akan kita hadapi ialah sikap cuek dan acuh tak acuh terhadap sesama. Ketika sesama melakukan dosa atau kesalahan, kadang kita cuek dan acuh tak acuh terhadapnya. Kita membiarkan hal itu terjadi dan berlalu begitu saja. Padahal sebagai pengikut Kristus, kasih harus menjadi dasar utama bagi kepedulian kita terhadap sesama melalui teguran nyata agar ia mampu menyesali perbuatannya dan berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Hendaklah kita menjadi pengikut Kristus yang memiliki cinta kasih dan kepedulian dalam diri.

(Fr. Giovanny Diamanti)

“Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia”    (Luk. 17:3).

Marilah berdoa:

Ya Tuhan Yesus, bantulah kami untuk menjadi orang yang mampu mengampuni kesalahan sesama. Amin.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini