Hari Biasa (H)
1Raj. 21:1-16; Mzm. 5:2-3,5-6,7; Mat. 5:38-42.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering kali menghindari sesuatu yang tidak membuat kita nyaman atau bisa membahayakan diri kita. Begitu juga dalam pergaulan kita dengan orang lain. Seringkali kita menjauhi orang yang membuat kita tidak nyaman atau yang berbuat jahat kepada kita. Bahkan ada yang mengatakan “sebelum dia minta maaf kita nda akan bicara deng dia”. Inilah sifat manusia. Kita merasa puas kalau sudah bisa membalas hal yang sama dan merasa bahwa dengan membalasnya maka akan menyelesaikan masalah tersebut.
Namun, ketika saya berefleksi, saya menemukan bahwa membalas perbuatan orang lain yang tidak menyenangkan bukan menyelesaikan masalah, namun membuat masalah itu menjadi besar. Karena akan menimbulkan dendam dan kebencian.
Bacaan Injil hari ini mengajar tentang mengasih. Kata Yesus, “Kamu telah mendengar firman: mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kiri”. Ini adalah kasih.
Kasih berlaku untuk semua orang walaupun orang yang tidak kita sukai sekalipun atau orang yang berbuat jahat kepada kita. Memang mengasihi orang yang menyakiti kita, orang yang membuat kita marah, itu memang sangat sulit. Kita hanya merasa puas kalau sudah membalas semua perbuatan yang menyakitkan itu.
Hari ini, Yesus ingin mengubah pikiran semacam itu. Yesus mengatakan kepada kita bahwa “orang yang percaya, orang yang beriman kepada Allah yang Maha Kuasa, harus mampu mengasihi sesama manusia walaupun itu orang yang berbuat jahat kepada kita”. Artinya kita mampu memaafkan mereka yang menyakiti. Itu baru manusia yang hebat, itu baru dikatakan sebagai Katolik sejati, yang percaya kepada Allah Tritunggal.
Maukah kita semua belajar untuk mengasihi musuh kita dengan kasih Allah? Luka di tangan-Nya, lubang di kaki-Nya, goresan di sekujur tubuh-Nya, itulah bukti kasih Yesus kepada kita semua. Namun, apa bukti kasih kita kepada-Nya? Apa bukti kasih kita kepada orang lain yang menyakiti kita?
Inilah bukti kasih itu: sekalipun kita dikhianati, dihina, dan sakit hati, kita tetap mengasihi karena Allah terlebih dahulu mengasihi kita. Sehingga, kita tetap bisa berkata: “Engkau saudaraku, engkau sahabatku, kita satu keluarga, kita saling mengasihi”.
(Fr. Amandus Malirafin)
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu” (Mat. 5:39).
Marilah berdoa:
Ya Tuhan, mampukanlah saya agar dapat mengasihi orang yang berbuat jahat kepada saya. Amin