Lentera Jiwa adalah renungan harian yang ditulis dan dipublikasikan oleh para pastor dan para frater (calon imam) yang ada di Seminari Tinggi Hati Kudus Pineleng.
Seminari Tinggi Hati Kudus Pineleng adalah tempat pendidikan dan pembinaan calon imam. Seminari ini didirikan oleh Mgr. Nicolaus Verhouven MSC, pada tanggal 15 Agustus 1954, pada Pesta Sta. Maria Diangkat ke Surga. Dalam perkembangannya hingga sekarang ini, Seminari Tinggi Hati Kudus Pineleng menjadi tempat pembentukan calon imam dari dua keuskupan, yaitu Keuskupan Manado dan Keuskupan Amboina.
Dalam usaha menghasilkan figur imam sebagai gembala jiwa-jiwa sejati (seturut teladan Yesus Kristus: Guru, Imam dan Gembala) yang tahu menghadirkan Kristus bagi sesama, Dia yang datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani, maka pembinaan di seminari mengarahkan perhatian pada pembentukan calon imam yang berkepribadian bebas, memiliki hidup rohani yang mendalam, matang berpikir, santun, dialogis, mampu bekerja sama, dan memihak pada kebenaran.
Oleh sebab itu, pembentukan hidup para calon imam meliputi empat aspek penting, yaitu:
- Aspek Kepribadian
Yang ditekankan pada aspek ini ialah bahwa para calon imam hendaknya memperhatikan kesehatan jasmani, gemar akan kebersihan diri dan lingkungan, memiliki disiplin harian, mencintai kebenaran, jujur, bertanggung jawab, kreatif, inisiatif, matang dalam mengolah perasaan-perasaannya, mudah bergaul, sopan, rela berkorban, dan mampu bekerja sama.
- Aspek Kerohanian
Aspek ini menekankan agar para calon imam membiasakan diri dalam hal-hal rohani dengan cara; rajin mengikuti perayaan Ekaristi, Ofisi atau ibadat harian, Devosi, Meditasi, Rekoleksi, Kunjungan Sakramen Mahakudus, Penerimaan Sakramen Tobat, rutin dalam bimbingan rohani dan memiliki kebiasaan membaca bacaan-bacaan rohani.
- Aspek Intelektual
Dalam aspek intelektual, para calon imam mendapat pendidikan Filsafat dan Teologi. Pendidikan filsafat mengarahkan calon imam untuk berpikir logis, terbuka, kritis, dan cinta akan kebenaran. Pendidikan teologi menghantar para calon imam agar mampu melihat kesatuan dan sintesa misteri-misteri keselamatan kristiani, serta mampu memanfaatkannya dalam tugas pewartaan.
- Aspek Pastoral
Aspek pastoral terarah pada pembentukan diri seorang calon imam yang mampu menghadirkan Kristus bagi sesama. Itu artinya, aspek pastoral ini merupakan ungkapan nyata dari pembentukan kepribadian, kerohanian dan intelektual para calon imam. Dalam pembinaan pastoral, para calon imam memperkaya pengalaman dengan metode berpastoral seperti mengajar, berkatekese, memberi rekoleksi, berkotbah, hidup berkomunitas, berelasi dan berkomunikasi dengan setiap orang yang mereka jumpai serta bekerja sama dalam menjalankan program atau kegiatan bersama. Selain itu, menulis renungan harian Lentera Jiwa, juga merupakan bentuk nyata dalam mengembangkan kemampuan berpastoral. (red.)
*****