Di tengah perjumpaan dalam hidup sehari-hari kadangkala ada sesama yang menanyakan tentang apa sih sebenarnya Alkitab itu? Pertanyaan ini biasanya dijawab dengan mengatakan: Alkitab adalah Buku di atas segala buku. Alkitab adalah Kitab yang suci yang berisi firman Tuhan dan Wahyu Tuhan. Jawaban seperti itu memang baik. Tetapi untuk orang-orang yang hidup dalam abad kemajuan seperti sekarang ini, jawaban-jawaban seperti itu malah memberikan kekaburan dan ketidakjelasan. Jika kepercayaan terhadap kebenaran Alkitab merupakan suatu sikap dan tindakan iman, maka ada suatu jalan lain yang harus ditempuh untuk mempelajari dan mengerti Alkitab secara sungguh-sungguh.
Untuk itu, apabila kita diperhadapkan dengan pertanyaan tersebut, maka cobalah menerangkannya sebagai berikut. Alkitab bukanlah suatu buku yang sampulnya sering berwarna gelap menakutkan. Alkitab terdiri dari dua bagian besar, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama terdiri dari 39 buku, yang merupakan seleksi dari buku- buku kesusasteraan Israel kuno. Ke 39 buku Perjanjian Lama itu berasal dari bangsa Israel dan mempunyai sejarah lebih dari 1000 tahun.
Perjanjian Baru terdiri dari 27 buku, yang merupakan seleksi dari sejumlah kesusasteraan agama baru, yaitu agama Kristen. Ke 27 buku dalam Perjanjian Baru itu berasal dari abad-abad pertama adanya agama Kristen tersebut. Seleksi tersebut sebenarnya agak bersifat ‘asal pilih’ saja, sebab keadaan zaman pada waktu itu ikut menentukan juga. Buku- buku yang tidak hilang, serta yang dirasakan perlu oleh jemaat waktu itu cenderung untuk lolos dalam seleksi tersebut. Jadi, pada waktu itu ada buku-buku kesusasteraan yang dibuang atau hilang demikian saja, tetapi ada pula buku-buku kesusasteraan yang diperdebatkan untuk ditolak atau diterima dalam seleksi tersebut.
Buku-buku kesusasteraan yang lolos seleksi dan diterima oleh jemaat kono itu tidak semuanya bersifat ‘agamawi’ dalam arti kata yang sempit. Di dalam Perjanjian Lama, misalnya, ada buku-buku yang berisi cerita- cerita kuno. Cerita-cerita itu menuturkan asal-usul bangsa Israel, serta mengungkapkan cara bangsa Israel mengartikan kenyataan kehidupan nasionalnya sendiri. Ada juga cerita-cerita. Dan sama seperti buku-buku sejarah lainnya, maka cerita-cerita sejarah inipun mempunyai keaneka- ragaman, baik dalam ketetapan penuturannya maupun dalam hal mutunya. Ada juga buku-buku yang bersifat agamawi maupun duniawi. Ada juga buku-buku yang mengandung ciri kesusasteraan khusus, karena memuat pesan-pesan lisan maupun tulisan dari para nabi.
Sedangkan Perjanjian Baru mulai dengan empat catatan pendek tentang kehidupan Yesus. Tiga catatan yang pertama, yaitu Injil menurut Markus, Matius, dan Lukas, berhubungan satu dengan yang lain secara khusus menurut hubungan kesusasteraan. Beberapa peristiwa yang terjadi dalam masa-masa permulaan sejarah Gereja Kristen termuat di dalam Kitab Kisah Para Rasul. Selanjutnya ada sejumlah surat yang ditulis oleh Paulus dari Tarsus dan oleh beberapa orang lainnya, yang bertujuan untuk memberikan peringatan, dorongan dan ajaran kepada pribadi-pribadi tertentu maupun kepada anggota-anggota jemaat, di tempat-tempat seperti Korintus, Efesus, Filipi dan Roma.
Jadi, Alkitab itu bisa disamakan dengan sebuah perpustakaan, seperti terdapat di dalam kelas atau di sekolah. Di dalam perpustakaan seperti itu ada rak-rak khusus untuk buku-buku sejarah, kesusasteraan, ilmu bumi, agama, cerita-cerita, mitos, legende, serta hukum. Salah satu buku yang tidak terdapat dalam perpustakaan Alkitab ialah buku ilmiah. Orang- orang zaman Alkitab belum mempunyai pengertian ilmiah sebagaimana kita sekarang ini.
Di dalam perpustakaan Alkitab itu, khususnya bagian Perjanjian Lama, kita bisa membaca tentang nasib baik bangsa Israel yang sangat menonjol. Bangsa Israel itu mulai sebagai suku-suku pengembara; sebagian dari mereka adalah orang-orang yang lolos dari perhambaan Mesir, yang dengan lambat tapi pasti memasuki tanah Kanaan serta menguasainya.
Setelah itu mereka mengalami perubahan cara hidup. Dari cara hidup mengembara berubah ke cara hidup yang menetap di desa dan kota dengan dinding tembok pelindung. Mereka digabungkan menjadi satu bangsa sekitar tahun 1000 SM oleh Raja Daud. Di bawah pimpinan Daud dan anaknya, Salomo, bangsa Israel tersebut berhasil menjadi suatu bangsa yang besar, berpengaruh dan terhormat di seluruh Timur Tengah. Setelah Salomo meninggal, kerajaan Israel pecah jadi dua, Kerajaan Israel Utara dan Kerajaan Israel Selatan atau Yehuda. Sejak itu kebesaran serta kemegahan kuasa kerajaan Israel hanya tinggal impian.
Sejak itu pula kedua kerajaan itu ada di bawah pengaruh kuasa kerajaan-kerajaan tetangga mereka. Ketika zaman Perjanjian Lama berakhir, dan zaman Perjanjian Baru mulai, maka Israel hanya merupakan satu wilayah yang tidak penting dalam kekaisaran Romawi. Pelayanan Yesus serta timbulnya Gereja Kristen terjadi di dunia Timur Tengah yang sedang dikuasai oleh kekaisaran Roma itu. (Redaksi)
Disadur dari:
Wahono, S. Wismoady. “Apakah Alkitab itu?” dalam buku “Di sini Kutemukan: petunjuk mempelajari dan mengajarkan Alkitab”, (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), hlm. 17-19.