Hari Biasa (H)
Yak. 3:13-18; Mzm. 19:8,9,10,15; Mrk. 9:14-29.
Setiap manusia mendambakan hidup yang baik dan benar, lurus dan berkenan kepada Allah. Kejahatan justru terjadi karena manusia kehilangan orientasi dalam hidupnya. Ia tidak lagi berkomitmen dengan tujuan awali hidupnya dan konsekuensinya menempuh jalan-jalan yang tidak ‘sehat’.
Rasul Yakobus dalam bacaan pertama mengingatkan dan menegaskan agar kita hidup dalam perbuatan yang baik dan benar di hadapan Tuhan. Bagaimana hidup yang baik dan benar itu? Yakobus menerangkan dengan sangat jelas bahwa setiap manusia harus menghindari iri hati dan mementingkan diri sendiri. Bagi Yakobus, perbuatan iri hati dan egoisme adalah sumber dari segala kekacauan dan segala perbuatan jahat.
Injil hari ini menampilkan situasi ‘menegangkan’, situasi di mana orang kadang-kadang meragukan kekuasaan Yesus, kuasa baik yang dapat menghalau dan mengalahkan segala kuasa kejahatan. Adalah seorang anak yang bisu karena kuasa si jahat. Sesungguhnya kebisuannya bukan karena si jahat tidak bisa dikalahkan, tetapi orientasi orang-orang di sekitarnya yang kurang beriman yang membuatnya dirasuki terus-menerus oleh si jahat. Jawaban Yesus terhadap iman ayah si anak yang kerasukan roh jahat itu membuktikan cara beriman sang ayah tersebut, “Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya” (ay. 23).
Pesan penting yang dapat kita petik dari bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini: Jika kita percaya dan membiarkan Tuhan terlibat dalam kehidupan kita, berarti kita membuka diri bagi nilai-nilai kebaikan yang Tuhan tawarkan kepada kita. Nilai-nilai itu mampu memurnikan, menyegarkan dan memperhatikan seluruh rencana baik dan seluruh usaha kehidupan kita. Di sana terbuka jalan kebaikan.
Nilai-nilai kebaikan yang ditawarkan Tuhan tersebut hendaknya juga dimengerti sebagai sebuah harapan serta panggilan menjadi orang kudus dalam kehidupan kita sehari-hari. Panggilan itu kiranya selalu terbuka dan terarah kepada Tuhan, supaya selalu mendatangkan kebaikan Tuhan sendiri.
Tiada tindakan yang baik yang dapat diperoleh dari Tuhan, apabila kita menjauhkan diri dari Tuhan. Hanya mereka yang mengenal Tuhan dengan baik yang mampu menghidupi dan melaksanakan nilai-nilai kebaikan-Nya. Sebab itu, kita harus membangun hubungan keberimanan yang intim dengan Tuhan. Caranya ialah dengan berdoa.
Setiap karya kita hendaknya terbuka dan terarah kepada Tuhan. Dengan demikian, kita akan bertumbuh sebagai pewarta kebaikan Allah melalui iman serta perbuatan baik kita. Inilah wujud dari warta kebaikan Allah.
(Fr. Mario G. Tethool)
“Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya” (Mrk. 9:23).
Marilah berdoa:
Ya Kristus, tambahkanlah iman kami. Amin.