Hari biasa (H)
Kel. 6:1-15, Mzm. 78:18-19, 23-24,25-26,27-28 : Mat. 13:1-9
Injil hari ini menjelaskan tentang perumpamaan Yesus mengenai seorang penabur. Maksud dari perumpamaan itu telah di jelaskan pada Mat. 13:18-23. Dalam ayat-ayat tersebut dijelaskan tentang benih dan tanah. Benih yang dimaksudkan yaitu firman Kerajaan Surga dan tanah menyimbolkan hati setiap orang. Nah, yang dimaksudkan dengan benih yang ditaburkan di pinggir jalan, yakni orang yang mendengarkan firman itu tetapi tidak mengerti. Sedangkan benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu yakni mereka yang menerima dengan gembira firman itu. Tetapi jika ada penindasan atau penganiayaan karena firman tersebut, maka orang itu menjadi murtad. Selain itu benih yang ditaburkan di semak duri yakni mereka yang menerima firman, tetapi karena kekhawatiran dan tipu daya, irman itu terhimpit dan tidak berbuah. Benih yang jatuh di tanah yang baik, yakni mereka yang mendengarkan firman dan mengerti, sehingga berbuah berlipat ganda seperti yang ditegaskan dalam Injil.
Muncul pertanyaan apakah kita merupakan benih yang ditabur di pinggir jalan, di tanah yang berbatu-batu, di semak berduri ataukah di tanah yang baik? Tentunya setiap orang ingin seperti benih yang jatuh di tanah yang baik. Maka harus ada introspeksi diri, apakah kita sudah mendengar dengan baik firman yang disampaikan Tuhan kepada kita? Di sini kita dituntut untuk bukan hanya mendengarkan apa yang difirmankan Tuhan, tetapi harus melakukan segala sesuatu sesuai dengan apa yang difirmankan-Nya.
Jangan kita seperti orang Israel yang karena kelaparan akhirnya bersungut-sungut dan meragukan kuasa Tuhan untuk menolong mereka. Padahal sudah banyak mukjizat yang diperbuat Tuhan, tetapi toh mereka tidak memperhitungkan itu bahwa Tuhan akan menolong mereka.
Dalam zaman milenial ini tentunya kita juga sering seperti umat Israel. Ada kecenderungan ketika ada sedikit masalah yang menimpa kita, maka kita mulai bersungut-sungut dan menyalahkan Tuhan. Bahkan kita bertanya dimana Tuhan? Tetapi seharusnya kita merefleksikan pengalaman itu dalam kehidupan. Oleh sebab itu menjadi pertanyaan apakah kita sama seperti benih yang jatuh di samping jalan, atau tanah yang berbatu-batu, atau semak duri? Apakah kita sama dengan umat Israel? Atau, apakah kita termasuk benih yang jatuh di tanah yang baik?
(Fr. Rio Rumlus)
“Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!” (Mat. 13:9)
Marilah berdoa:
Ya Tuhan, mampukanlah aku supaya aku dapat mendengar dengan baik firman-Mu dan dapat melakukannya dalam kehidupan ini. Amin