“GODAAN AKAN KEKUASAAN”: Renungan, Minggu 26 Februari 2023

0
1390

Hari Minggu Prapaskah I (U)

Kej. 2:7-9;3:1-7; Rm. 5:12-19; Mat. 4:1-11.

Hari ini Gereja Katolik Universal merayakan Minggu Prapaskah Pertama. Minggu yang mengajak setiap umat beriman untuk mengarahkan dan menjadikan waktu 40 hari sebagai masa membangun ketaatan iman seperti Yesus, yang taat pada BapaNya. Ketaatan Yesus menjadi model bagaimana setiap umat beriman ditantang untuk dapat mengolah diri. Mengolah diri dengan berpuasa dan berpantang serta berani menolak berbagai tawaran duniawi yang menggiurkan dan menghanyutkan. Artinya, dengan mengolah diri setiap umat beriman dapat membedakan mana yang tindakan dosa dan mana yang selaras dengan kehendak Allah.

Hal inilah yang ditampilkan dalam bacaan-bacaan hari ini, yang berbicara tentang godaan akan kekuasaan. Ada dua sikap berbeda yang muncul sehubungan dengan godaan tersebut. Pertama, Kitab Kejadian mengisahkan tentang manusia pertama di Taman Eden dan kepada mereka diberikan kebebasan. Tetapi kebebasan yang ada disalahgunakan. Sebab mereka tergoda oleh bujukan ular untuk mau menyerupai Allah dengan memakan buah terlarang dalam taman itu. Sikap ini membuat mereka telanjang dan jatuh dalam dosa karena haus akan kekuasaan. Artinya, manusia pertama tergoda karena menginginkan kekuasaan dan tidak mau taat akan perintah Tuhan.

Kedua, Injil Matius mengisahkan tentang Yesus yang dicobai iblis di padang gurun. Tetapi Yesus tidak tergoda dan tergiur akan tawaran iblis. Sebab Yesus mengetahui bahwa tawaran itu sifatnya semu dan menjebak. Makanya Yesus tetap berpegang teguh pada Sabda Allah. Yesus taat karena semenjak semula Bapa telah mengasihiNya dan terus mengasihiNya. Sikap ini membuat iblis meninggalkanNya dan malaikat-malaikat datang melayaniNya. Artinya, Yesus tidak tergoda akan kekuasaan karena ketaatanNya pada Bapa, sehingga beroleh kasih karunia dan keselamatan.

Dua sikap demikian sering kita jumpai dalam realitas harian. Manusia sering diperhadapkan dengan pilihan-pilihan karena kebebasan yang melekat padanya, sehingga manusia bebas untuk memilih. Maka tak dapat dipungkiri, di dunia ini terkadang orang terjebak pada sikap yang pertama, bahwa ada orang-orang tertentu yang haus akan kekuasaan sehingga menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Tetapi di sisi lain ada orang yang memilih sikap kedua, yang tidak menginginkan kekuasaan karena bukan dianggap sebagai sesuatu yang prioritas atau sesuatu yang harus dicari. Sebab kekuasaan bukan dimaksudkan untuk menguasai tetapi melayani, selaras dengan Sabda Allah, yang menuntun orang pada jalan kebenaran dan keselamatan.

(Fr. Ekaristho G. Silap)

“Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari Mulut Allah”(Mat 4:4).

Marilah berdoa:

Ya Tuhan, bantulah aku supaya dapat hidup seturut dengan Sabda-Mu yang menghidupkan. Amin.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini