Hari biasa Pekan IV prapaskah (U)
Keb, 2: 1a, 12-22, Mzm 34: 17-18, 19-20, 21, 23. Yoh, 7: 1-2, 10, 25-30.
Sering kita bertemu dengan orang-orang yang selalu melakukan kebaikan dan menyuarakan hal-hal baik dalam kehidupannya. Tetapi terkadang ada orang yang tidak menerima semuanya itu dan melakukan penolakan. Hal yang harus kita pahami bahwa hal kebenaran yang diangkat di tengah-tengah kehidupan orang yang tidak benar akan menimbulkan konflik yang bertolak dari sikap egois manusia yang terbelenggu oleh kelaliman. Manusia dibutakan dari ketidakbenaran yang dihidupi.
Dalam bacaan pertama hari ini menguraikan bagaimana sikap orang-orang fasik terhadap orang benar. Semua uraian itu sesungguhnya menggambarkan sikap sebenarnya dari setiap umat manusia yang melakukan penolakan terhadap kebenaran. Kalau dihubungkan dengan bacaan Injil hari ini, terlihat jelas bahwa semua tindakan yang diuraikan oleh nubuat kitab kebijaksanaan, yang kemudian dilakoni oleh kaum fasik. Mereka mencari Yesus yang melakukan kebenaran, mukjizat, serta ajaran tentang kerajaan Allah dan hendak membunuh-Nya.
Hal yang sangat menarik dari kedua bacaan ini yakni mengenai respon orang fasik ketika mendengar serta menyaksikan kebenaran yang diwartakan dan dihidupi. Umat beriman di masa kini pun tidak jauh dari hal serupa. Kita dapat melihat bagaimana seseorang merespon kebenaran yang disampaikan dan apakah dia melakukan kebenaran serupa atau kembali menentang kebeneran tersebut. Hal ini sangat personal dan menjadi tanggung jawab dari masing-masing orang. Sehingga dibutuhkan pemahaman yang baik mengenai kebenaran. Orang yang berpikir bahwa kebenaran itu bersifat merugikan maka dapat dipastikan bahwa orang tersebut belum melakukan kebeneran dengan sungguh-sungguh atau hanya dengan setengah hati.
Bukankah dengan melakukan ketidakbenaran kita juga sudah turut berpartisipasi dalam usaha orang Yahudi yang hendak membunuh Yesus? Pernahkah sekali dalam hidup kita merenungkan akan hal itu? Menjadi pertanyaan refleksi yang sangat penting untuk setiap umat beriman dalam masa prapaskah ini. Akan tetapi dengan berefleksi saja tidak cukup. Kita pun harus membenahi diri kita masing-masing dengan mengenal segala sesuatu yang menjadi pewartaan dari Yesus Kristus melalui tindakan dan juga perkataan-Nya. Dengan demikian kita akan semakin dekat dengan-Nya dan bukan menjadi sama seperti orang yang hendak membunuh Yesus tetapi menjadi pewarta sabda yang hidup menurut kebenaran.
Fr Alberth Keavin Owen Wee, Pr
“Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal.” (Yoh, 7: 28)
Marilah Berdoa:
Tuhan, bantulahlah kami mengenal kebenaran yang Engkau wartakan dan tuntun kami dalam menghidupinya. Amin