“Bertobatlah dan percaya kepada Allah dengan tulus hati”: Renungan, Sabtu 13 Agustus 2022

0
1130

Hari Biasa (H).

BcE Yeh. 18:1-10,13b,30-32; Mzm. 51:12-13,14-15,18-19; Mat. 19:13-15. Pfak S. Pontianus, Paus dan S. Hippolitus, ImMrt (M).

Dalam Gereja Katolik ada tradisi penghormatan terhadap orang-orang Kudus yakni santo-santa. Mereka ini bukanlah orang yang suci atau kudus sejak dilahirkan, melainkan mereka diberi gelar sebagai orang kudus karena perbuatan mereka sendiri. Misalnya St. Agustinus yang dijuluki orang kudus oleh Gereja karena ia telah bertobat dan percaya kepada Allah secara tulus iklas.

Pertobatan yang dilakukan oleh St. Agustinus merupakan suatu pertobatan yang sungguh-sungguh baik secara jasmani maupun rohani. Ia yakin bahwa dengan pertobatan ia bisa kembali kepada jalan yang benar dan mengenal Allah lebih dekat serta menikmati kebaikan Allah. Melalui sikap St. Agustinus kita dapat belajar bagaimana sikap pertobatan yang sesungguhnya untuk kembali pada jalan kebenaran.

Sikap hidup yang tulus seperti St. Agustinus ditegaskan dalam Injil Matius hari ini yaitu, sikap Yesus yang menyambut anak-anak kecil yang datang pada-Nya. Ketulusan hati Yesus menerima anak-anak yang datang pada-Nya merupakan suatu sikap keterbukaan, di mana Ia menyambut anak-anak itu dan memberkati mereka. Dengan demikian ada dua hal yang ditujukkan oleh Yesus bagi kita pada saat Ia menyambut anak-anak dan memberkati mereka.

Pertama, Yesus melarang para murid untuk tidak menghalangi anak-anak karena ia tahu bahwa anak-anak memiliki sikap dan hati yang tulus, tidak ada dusta dalam diri mereka. Kedua, untuk bisa masuk surga kita harus hidup jujur dan setia pada Allah. Sebab dengan jujur dan setia melakukan semua apa yang dikehendaki Allah kita akan diberkati oleh Allah dan mendapat tempat yang layak yakni surga. Hal ini ditegaskan oleh Yesus ketika Ia menyambut anak-anak: “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang seperti inilah yang empunya Kerajaan Surga…” Begitupun firman Allah yang disampaikan dalam bacaan pertama: “Hidup menurut ketetapan-Ku dan tetap mengikuti peraturan-Ku dan berlaku setia – ialah orang benar, dan pasti hidup…”

Namun tidak bisa dipungkiri bahwa setiap manusia pasti berbuat dosa, melanggar apa yang sudah dilarang oleh Allah. Meskipun demikian Allah tidak pernah meninggalkan kita hidup dalam keberdosaan, Allah selalu membuka pintu untuk kita kembali kepada-Nya. Belaskasihan yang ada pada Allah tidak ada batas. Namun setiap manusia harus bertanggung jawab atas semua apa yang telah ia lakukan ketika hidupnya berakhir di dunia ini. Oleh sebab itu kita harus bertobat agar mendapat keselamatan dari Allah.

(Fr. Welem Landa)

Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan(Kis 3:19).

 Marilah berdoa:

Ya Allah, kami anak-anak-Mu tidak setia dan telah berbuat dosa terhadap-Mu. Kami mohon ampunilah dosa-dosa kami agar kami boleh menikmati kebaikan hati-Mu. Amin.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini