“Mencintai Semua Orang”: Renungan, Minggu 20 Februari 2022

0
2348

Hari Minggu Biasa VII (H)

1Sam. 26:2,7-9,12-13,22-23; Mzm. 103:1-2,3-4,8,10,12-13; 1Kor. 15:45-49; Luk. 6:27-38. 

Manusia tidak hidup sendirian. Ia hidup berdampingan dengan yang lainnya. Ia akan bergaul dengan banyak orang. Ia akan bertegur sapa dengan orang-orang yang ia jumpai, entah dalam komunitas kecil seperti di keluarganya ataupun dalam komunitas besar seperti tempat di mana ia bekerja, ataupun di stasi/paroki dan masyarakat pada umumnya.

Sebuah prinsip umum dalam hidup bersama – dan ini menjadi idealitas sosial – yakni orang akan saling mengasihi, mencintai, membantu dan memperjuangkan kebaikan dan kesejahteraan secara bersama-sama.

Akan tetapi realitas yang terjadi dalam hidup bersama berkata lain. Tidak jarang orang berselisih paham, bertentangan, bertengkar bahkan terjadi permusuhan dan perkelahian satu sama lain. Orang bahkan tidak dapat menghormati yang lain, bahkan berusaha untuk ‘melenyapkan’ yang lain karena berpikir bahwa ia dan kelompoknya paling benar. Salah satu contoh yang marak terjadi adalah tindakan terorisme. Tindakan ini menjadi bukti bahwa orang tidak menghormati kemanusiaan dan menghargai prinsip hidup bersama.

Hari ini dalam Injil, Yesus mengajarkan hukum cinta kasih kepada murid-muridNya.  “Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu” (Luk. 27-28).  Dengan kata-kata ini, Yesus mengajak para pengikut-Nya untuk berani mengubah sikap hidupnya, mengubah mental dan cara berpikirnya agar tidak mengikuti cara hidup yang negatif yang ada dalam hidup bersama di tengah-tengah masyarakat.

Yesus mendambakan pribadi yang tidak mendendam, tidak membenci atau balas-membalas, tetapi menjadi pribadi yang rela berbuat baik atau rela mengasihi siapa saja, bahkan mengasihi musuh.

Kalau orang hanya mengasihi saudaranya sendiri, hanya mengasihi sahabatnya sendiri atau mengasihi kenalan baiknya saja, maka menurut Tuhan Yesus ini tidak ada jasanya. Sambil itu, Yesus masih meminta kepada murid-murid-Nya untuk berdoa bagi semua orang bahkan berdoa bagi orang yang mencaci mereka.

Kita hidup bersama dengan orang lain. Tidak mudah memang mempraktikkan apa yang menjadi pengajaran Yesus kepada murid-murid-Nya; mencintai orang lain bahkan mencintai musuh dan mendoakan mereka. Sebagai orang kristiani, perintah mengasihi secara utuh menjadi ajakan Tuhan untuk kita praktikkan dalam hidup kita setiap hari.

Sikap mengasihi bahkan yang membenci kita sekalipun, merupakan sikap dan tindakan kristiani. Yesus menegakkan hukum cinta ini sebagai dasar dan identitas kita yang beriman dan telah menjadi pengikut-pengikut yang setia. Berat memang mempraktikkannya tetapi kita bisa melaksanakannya dalam penyelenggaraan Tuhan.

(RD. Melky Malingkas)

“Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu” (Luk. 6:27).

Marilah berdoa:

Allah Bapa kami, ajarilah kami untuk dapat mencintai semua orang dengan hati yang tulus agar kami selalu berkenan kepada-Mu. Amin.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini