“Teguran dan Perhatian”: Renungan, Senin 26 Agusutus 2019

0
2092

Hari biasa (H)

1Tes. 1:2b-5,8b-10; Mzm. 149:1-2,3-4,5-6a,9b; Mat. 23:13-22.

Perubahan mengubah segala sesuatu menjadi baik dengan cara yang benar dan tujuan yang membuahkan hasil. Jika perubahan tidak menghasilkan buah yang berguna maka itu bukan perubahan melainkan penyesatan. Lantas siapa yang layak membawa perubahan itu?

Bacaan Injil hari ini memuat kata-kata yang keras. Kata “celakalah” mengandung konotasi yang sangat keras. Bisa berupa teguran tapi sekaligus kutukan bagi yang ditujukan. Apalagi dalam konteks biblis penulis Injil Matius dan penulis Injil lain selalu menjadikan Kristus sebagai tokoh sentral. Maka kata celakalah seakan-akan menjadi cara menegur yang paling keras sebab Tuhan secara langsung menyebut para ahli Taurat beserta orang Farisi dan tidak lagi menggunakan kalimat-kalimat sarkasme. Celakalah kalian para Ahli Taurat menjadi cara verbal terakhir dari Tuhan yang hadir di tengah manusia untuk menegur segala kemunafikan.

Makna dari kata-kata ini sebenarnya bukan terletak pada arti kata-katanya namun pada maknanya, yaitu kepedulian. Kristus dalam bacaan Injil hari ini empat kali menyebut kata celakalah sambil menunjuk dengan jelas kelakuan para pemimpin Israel yang munafik. Dengan menyebut semua kelakuan para ahli Taurat dan orang Farisi sebenarnya Kristus sebagai Tuhan menunjukkan kasih kebapaan-Nya kepada manusia, yaitu selalu memperhatikan dan mengawasi anak-anak-Nya.

Di samping itu cara kepedulian Tuhan kepada mereka adalah dengan menunjukkan sikap yang sederhana dan mau hidup berdampingan. Teladan kepemimpinan yang diberikan Kristus adalah kasih dan persaudaraan. Alasan lain mengapa Tuhan dengan keras berkata demikian sebab Dia kecewa melihat para pemimpin yang diharapkan mampu mengutamakan kasih dan pelayanan, malahan hanya memanfaatkan jabatan dan mengatasnamakan Allah untuk mencari keuntungan, kehormatan dan nama baik.

Santo Paulus pun dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Tesalonika, dengan keterbukaan dan kerendahan hati, menghadirkan kembali teladan Sang Guru yaitu dengan kedekatan dengan semua orang. Perubahan yang dibawa Paulus dengan mengabarkan Injil Kristus kepada mereka membawa buah yang besar dari penyembah berhala menjadi anak-anak Allah. Perubahan yang dilandaskan oleh kasih dan perhatian yang tulus seberapa keras dan tegas caranya akan menjadi lembut dan berbuah yang benar oleh karena kasih.

(Fr. Joctaf Geres)

“Kami selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu semua dan menyebut kamu dalam doa kami” (1 Tes. 1:2).

 

Marilah berdoa:

Tuhan, jadikanlah kami penegur yang sadar diri dan berlandaskan kasih bukan keegoisan. Amin

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini