“Buah dan Pohon”: Renungan, Rabu 3 April 2019

0
2611

Hari biasa Pekan IV Prapaskah (U)

Yes. 49:8-15; Mzm. 145:9,13cd-14,17-18; Yoh. 5:17-30

Ada sebuah pepatah yang berbunyi: “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Pepatah ini, jika diaplikasikan di dalam kehidupan keluarga maka kelakuan atau sifat anak tidak jauh berbeda dengan orang tua.

Injil hari ini, menceritakan tentang kesaksian Yesus tentang diri-Nya. Ia mengatakan bahwa: “Sesungguhnya Anak tidak mengerjakan sesuatu dari dirinya sendiri, jikalau ia tidak melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak”. Perkataan Yesus hendak menunjukkan bahwa karya keselamatan yang dilakukan oleh Yesus merupakan karya keselamatan yang dilakukan oleh Allah sendiri melalui diri-Nya. Dengan kata lain, Yesus menjadi perantara bagi karya keselamatan Allah untuk manusia.  Sehingga, barangsiapa yang tidak menghargai Yesus, maka ia juga tidak menghargai Allah.

Ungkapan demikian dikatakan oleh Yesus dengan sangat tegas dalam Injil hari ini bahwa semua orang yang menghormati Anak sama seperti ia menghormati Bapa. Tetapi barangsiapa tidak menghormati Anak maka ia juga tidak menghormati Bapa yang mengutus Dia. Di sini, Yesus mau menerangkan kepada kita tentang identitas-Nya sendiri. Yesus adalah Allah sendiri yang turun ke dunia dalam rupa manusia. Sehingga, barangsiapa melihat dan percaya kepada Yesus maka ia juga melihat dan percaya kepada Allah.

Dalam kehidupan keluarga, seorang anak dapat menjadi cermin bagi kehidupan ayahnya. Apa yang dilakukan oleh anak merupakan apa yang dilihatnya dilakukan oleh ayahnya. Sikap rajin dan baik hati diperoleh melalui hasil pembelajaran seorang anak dari ayahnya.

Contoh di atas mau menegaskan bahwa anak merupakan buah dari keluarga. Sehingga, apa yang dilakukan oleh orang tua akan ditiru dan dilakukan juga oleh anaknya. Itulah yang disebut sebagai anak menjadi cermin dari kehidupan orang tua. Begitu pula dalam hubungan kita anak-anak Allah dengan Allah, Bapa kita. Kehidupan kita mesti menjadi cermin dari Allah sendiri. Karena Allah begitu mencintai kita, anak-anak-Nya, maka kita mesti menjadi cermin dari Allah yang mencintai. Kalau Allah adalah Pohon Cinta, maka buah kita mestilah cinta.

(Fr. Lambertus Boy Batseran)

” Sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak” (Yoh. 5:19).

Marilah berdoa:

Ya Allah, bimbinglah kami agar hidup kami menjadi cermin Allah yang mencintai manusia. Amin

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini