“Ya Tuhanku dan Allahku”: Renungan, Selasa 3 Juli 2018

0
2892

Pesta S. Tomas, Rasul (M)

Ef. 2:19-22; Mzm. 117:1,2; Yoh. 20:24-29.

Butuh kepercayaan. Percaya bahwa apa yang dikatakan orang adalah sebuah kebenaran. Bukan berita dusta atau hoax. Namun kepercayaan diri juga perlu ditumbuhkan untuk membangun keyakinan dalam diri. Keyakinan akan apa yang tidak dilihat tetapi diyakini dengan iman bahwa hal itu adalah sebuah kebenaran.

Itulah yang terlukiskan dalam diri St. Thomas Rasul yang kita rayakan pestanya hari ini. Orang sering mengatakan dia sebagai rasul yang kurang percaya karena kata-katanya, “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.” Padahal inilah sikap yang mewakili kemanusiaan kita. Sebelum melihat secara langsung terkadang memang hal itu diragukan. Apalagi perihal orang yang telah mati kemudian bangkit. Bukankah itu mustahil secara manusiawi?

Itulah kekuasaan Allah yang ditunjukan kepada manusia, yang mau membuktikan bahwa maut sudah dikalahkan dan diganti dengan hidup. Pada pesta St. Thomas Rasul ini, Injil yang selalu dibacakan mengisahkan tentang sifat kurang percaya St. Thomas. Namun, di balik itu, peristiwa ini ditunjukkan kembali untuk mengingatkan manusia akan sikap kurang percaya mereka pada kemahakuasaan Allah.

Serentak juga pada peristiwa itu, Yesus mau menunjukkan bahwa apa yang tidak dipercayai oleh manusia telah dipatahkan oleh kemahakuasaan Tuhan. Hal itu terjadi karena manusia juga adalah bagian dari kemahakuasaan Allah. Masihkan kita meragukannya?

Di samping sikap kurang percaya, ada hal yang lebih penting yang ditunjukkan oleh St. Thomas yakni, pengakuannya akan Allah sendiri. Setelah melihat dengan jelas kehadiran Tuhan di hadapannya, ia mengakuinya  dengan berseru, “Ya Tuhanku dan Allahku.” Seruan ini bukanlah sebatas kata-kata, melainkan keyakinan yang muncul dari dalam diri yang dengan spontan mengatakan bahwa Dialah Tuhan dan Dialah Allah. Bukankah iman ini luar biasa?

Kita semua tidak hidup secara fisik bersama Yesus. Tetapi kita mengenal Dia lewat pewartaan dan lewat sabda-Nya. Kehadiran-Nya yang nyata, juga kita lihat ketika setiap kali kita merayakan Perayaan Ekaristi. Dia yang dikurbankan di kayu salib  memberi hidup bagi kita yang menyambut tubuh dan darah-Nya. Masihkah kita tidak percaya?

(Fr. Made Pantyasa)

“Berbahagialah orang yang tidak melihat namun percaya” (Yoh. 20:29).

Ya Tuhan, teguhkanlah iman kami akan Dikau. Amin.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini