“Tanda Yang Menyelamatkan”: Renungan, Senin 23 Juli 2018

0
2336

Hari Biasa (H)

Mi. 6:1-4,6-8; Mzm. 50:5-6,8-9,16bc-17,21,23; Mat. 12:38-42

Gereja Katolik memiliki sejumlah simbol dan tanda sebagai representasi dari apa yang diimani. Tanda atau simbol itu menghantar akal dan iman kita agar selalu tertuju pada suatu misteri karya Allah yang mengasihi bahkan menyelamatkan manusia.

Misteri Allah yang tidak dimengerti oleh manusia yang sederhana dan penuh keterbatasan, sekarang menjadi konkret melalui karya Allah yang menjadi manusia dalam Kristus Tuhan kita. Supaya kita sebagai manusia dapat mengerti karya Allah dengan cara dan pikiran secara manusiawi.

Dalam permenungan hari ini, kita mendapat pencerahan akan sebuah karya Allah untuk membuka hati dan pikiran manusia agar mengerti. Sesungguhnya tanda yang diberikan Allah itu ada dalam pribadi Tuhan Yesus sendiri.

Bersama Nabi Mikha dalam bacaan pertama hari ini, kita diajarkan supaya berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah kita. Inilah yang dituntut oleh Allah sendiri sebagai ketaatan kepada Sang Ilahi sendiri. Berlaku adil dan mencintai kesetiaan serta rendah hati merupakan tanda setia kita kepada Tuhan.

Begitu pula Allah telah setia kepada kita dengan memberitahukan kasih-Nya lewat nabi Mikha sebagai tanda bahwa Ia selalu menyertai kita sepanjang masa. Malahan, Dia sendiri menjadi tanda bagi kita semua.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus memberitahukan kematian-Nya sebagai tanda bahkan jalan keselamatan, “Angkatan yang jahat dan tidak setia menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak diberikan tanda lain selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam, begitupun juga anak manusia tinggal dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.”

Banyak orang yang telah mendengar ajaran, melihat mukjizat yang dilakukan Yesus dan mengikuti-Nya. Namun belum semua percaya kepada-Nya. Bahkan ahli Taurat dan orang Farisi mencobai Yesus dengan meminta suatu tanda. Yesus menunjukkan bahwa sudah tidak ada tanda yang lain lagi selain diri-Nya sendiri yang akan menjadi tanda bagi keselamatan seluruh manusia.

Pribadi Sang Penebus bahkan melebihi suatu tanda. Ia adalah sumber kehidupan bagi orang yang percaya. Sehingga ketika kita melihat dan menyantap-Nya dalam Ekaristi, maka sesungguhnya kita telah mengecap kebahagiaan di surga.

(Fr. Innocentius Larat)

“Sebab Aku telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir dan telah membebaskan engkau dari rumah perbudakan” (Mi. 6:4a)

Marilah berdoa:

Bantulah Aku ya Tuhan, supaya dapat selamat. Amin.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini