“KELUHURAN BERBAGI”: Renungan, Minggu, 28 Juli 2024

0
674

Hari Minggu Biasa XVII (H)

Hari Orangtua, Kakek dan Nenek Sedunia

2Raj. 4: 42-44; Mzm. 145:10-11,15-16,17-18, Ef. 4:1-6; Yoh 6: 1-15

Banyak orang menderita karena kekurangan makanan, berjuang keras untuk mendapatkannya, seringkali dengan berdesak-desakan yang menyebabkan cedera atau kematian. Harga bahan pokok yang naik memberatkan beban hidup orang miskin, menyebabkan krisis pangan dan rohani. Energi mereka terkuras untuk kebutuhan jasmani, mengakibatkan kelelahan fisik, psikis, mental, dan rohani. Sebagian lagi, meskipun kebutuhan jasmaninya terpenuhi, tapi mengalami krisis rohani karena ketidaktahuan, fokus pada kebutuhan jasmani, padahal kebutuhan rohani harus dipenuhi dengan hal rohaniah.

Krisis makanan dialami juga oleh mereka yang datang kepada nabi Elisa dan mereka yang mengikuti Yesus. Dalam bacaan pertama, ada seratus orang yang datang kepada Elisa dan mereka sudah dalam keadaan lapar, sementara makanan yang tersedia hanya dua puluh roti jelai serta gandum baru dalam sebuah kantong yang dipentukkan bagi nabi Elisa.  Apakah arti dua puluh roti jelai itu bagi seratus orang itu? Dalam bacaan Injil pula dikatakan, ada sekitar lima ribu orang laki-laki, belum termasuk perempuan dan anak-anak yang mengikuti Yesus dan murid-muridNya yang menyeberangi Danau Galilea dan naik ke atas gunung. Perjalanan jauh ini membuat mereka lapar. Yesus melihat kondisi mereka dan bertanya kepada Filipus, “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?”. Namun, yang tersedia hanya lima roti jelai dan dua ikan dari seorang anak yang ikut perjalanan. Bagaimana makanan itu cukup bagi lima ribu orang yang lapar, seperti yang dikatakan oleh Andreas, saudara Simon Petrus?

Dalam bacaan pertama, meskipun jumlah roti tampak tidak mencukupi, Elisa menyuruh hambanya membagikan dua puluh roti kepada seratus orang. Sedangkan dalam Injil, Yesus menyuruh murid-muridNya membagikan lima roti dan dua ikan kepada lima ribu orang. Setelah mengucap syukur, roti dan ikan tersebut ternyata mencukupi dan bahkan masih memiliki sisa yang banyak. Sungguh luar biasa mukjizat yang terjadi, tapi sulit dipahami oleh akal manusia jika tidak menghubungkannya dengan kekuatan Ilahi. Meskipun demikian, jelas bahwa Allah terlibat dalam mujizat yang sulit dipahami oleh pikiran manusia tersebut.

Dari mujizat yang digambarkan dalam bacaan pertama dan Injil tidak hanya menunjukkan keterlibatan Allah, tetapi juga menyampaikan pesan penting tentang bagaimana berbagi. Nabi Elisa berbagi roti dengan keyakinan pada firman Tuhan, dan terbukti ada sisa dari dua puluh roti yang diberikan kepada seratus orang. Yesus menunjukkan kepada murid-muridNya bahwa kuasa Allah luar biasa bagi mereka yang percaya dan mau berbagi. Maka dari itu, merenungkan panggilan kita sebagai umat Kristiani untuk berjuang demi keadilan dan kesejahteraan bagi sesama. Mereka yang berbagi tidak akan berkekurangan dan memiliki keluhuran baik jasmani maupun rohani. Sebaliknya, yang tidak berbagi adalah “miskin” secara jasmani dan rohani. Orang yang berbagi memiliki kualitas manusia sejati dan bermartabat luhur.

(Pst. Amrosius Wuritumur, Pr)

“Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki” (Yoh. 6:11)

Marilah Berdoa:

Ya Tuhan, tuntunlah kami untuk berbagi dengan tulus hati dan melayani sesama dengan kasihMu. Amin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini