Hari Biasa (H)
Rm. 4: 1-8; Mzm: 32: 1-2, 5, 11; Luk. 12: 1-7.
Ada peribahasa yang berbunyi “Sepintar-pintarnya bangkai tertutup, baunya tetap tercium juga”. Artinya suatu kejahatan, ketidak-benaran, ataupun ketidak-jujuran tidak mungkin selamanya dapat ditutupi, karena pada suatu saat akan terungkap juga. Yesus dalam bacaan Injil hari ini mengajarkan kepada para murid untuk tidak hidup dalam kemunafikan dan ketidak-jujuran sebagaimana yang dilakukan oleh orang Farisi. Mereka suka mengajarkan hal-hal yang baik namun kemunafikan mereka dengan jelas terlihat di mana mereka sendiri tidak melakukan apa yang mereka ajarkan. Yesus juga memperingatkan kepada kita semua untuk tidak mengikuti corak hidup orang Farisi yang pandai dalam merangkai kata-kata namun tidak mampu melakukan kebenaran sesuai dengan apa yang mereka ajarkan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali berada dalam kemunafikan demi mempertahankan kekuasaan ataupun identitas diri kita agar tetap terlihat baik di hadapan orang lain. Sikap-sikap ini merujuk pada corak hidup orang Farisi. Terkadang kita suka mengajarkan hal-hal yang baik kepada orang namun kita sendiri tidak melakukannya. Kita juga seringkali suka mencari dan mengumbar kesalahan orang lain namun kesalahan kita sendiri selalu kita berusaha untuk menutupnya. Hal ini dilakukan demi menjaga image diri kita agar tetap disebut sebagai orang baik dan bijaksana, padahal sebenarnya kitalah yang lebih jahat dan berdosa. Realita kehidupan yang demikian banyak sekali terjadi di sekitar kita, misalnya beberapa contoh kasus para petinggi negara yang selalu mengajarkan dan menegakkan kebenaran namun mereka sendirilah yang melakukan ketidakbenaran itu. Kemunafikan dan ketidak-jujuran inilah yang dikecam oleh Yesus
Yesus secara tegas memperingatkan dan mengajarkan kita untuk tidak hidup dalam kepura-puraan dan kemunafikan yang pada akhirnya membuat kita jauh dari padaNya. Yesus meminta kepada kita untuk menampilkan diri kita seutuhnya tanpa harus bermuka dua. Kita diminta untuk mampu berkata benar dalam hidup dan bukan sebatas kata-kata saja melainkan disertai dengan tindakan yang nyata. Namun yang terjadi ialah seringkali kita takut menampilkan jati diri kita yang sebenarnya karena akan dinilai buruk oleh orang, maka kemunafikan menjadi tempat pelarian terakhir kita. Tetapi hari ini Yesus kembali mengajarkan supaya jangan takut kepada manusia, melainkan takutlah kepada Dia yang telah memberikan kehidupan kepada kita. Sebab hidup kita adalah yang paling berharga, tidak peduli apa kata orang tentang diri kita tetapi kita tetap harus mampu menampilkan kejujuran dan kebenaran.
(Fr. Slivin Batlayeri)
“Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi.” (Luk. 12: 1b)
Marilah Berdoa:
Ya Allah, mampukanlah kami untuk hidup dalam kebenaran, baik dalam kata maupun tindakan kami. Amin.