Hari Minggu Adven II (U)
Bar 5:1-9; Mzm. 126:1-2ab, 2cd-3, 4-6, 6; Flp. 1:4-6, 8-11; Luk. 3:1-6.
Menunggu adalah salah satu hal yang sangat membosankan. Apalagi kalau menunggu dalam waktu yang cukup lama dan yang ditunggu tidak kunjung datang. Banyak orang putus asa, merasa bosan, merasa diri tidak dihargai sehingga membangkitkan amarahnya akibat menunggu. Ada yang mengatakan pula bahwa menunggu itu adalah sebuah seni. Orang bisa belajar untuk tetap sabar, mempunyai harapan dan membangun kepercayaan. Bila pada akhirnya yang ditunggu itu datang, maka orang yang menunggu itu akan merasa bahagia.
Minggu ini kita telah memasuki pekan Adven yang kedua. Saat-saat di mana umat Kristiani menantikan kedatangan Sang Juruselamat. Sementara menunggu kedatangan Sang Almasih, tentunya kita sebagai orang beriman tidak hanya duduk berdiam diri saja melainkan melakukan hal-hal yang baik.
Bacaan Injil hari ini memperlihatkan kepada kita bagaimana penginjil Lukas menempatkan kemunculan dan pelayanan Yohanes Pembaptis dalam kerangka sejarah keselamatan. Dalam hidup dan karyanya, Yohanes menyerukan pertobatan dan pembaptisan. Dengan ini berarti bahwa warta pertobatan dan keselamatan ditujukan kepada seluruh umat manusia. Terlebih lagi Yesus Kristus yang juga dinantikan Yohanes pembaptis adalah Dia yang sebenarnya ditunggu-tunggu dan dirindukan umat manusia.
Pertobatan selalu mengandaikan adanya penyerahan diri secara total kepada Allah. Seperti bacaan pertama, pewartaan nabi Barukh ingin menghibur bangsa Israel yang dibuang. Allah akan mengumpulkan mereka kembali dengan penuh sukacita di Yerusalem. Kemuliaan Allah akan menaungi umat Israel.
Tentunya seperti yang telah dikatakan bahwa harus ada penyerahan diri kepada Allah. Mereka harus takwa dan patuh kepada Allah. Peristiwa ini menunjukkan serta mengungkapkan kemuliaan Allah sendiri, saat damai sejahtera, belaskasihan dan kebenaran Allah diperlihatkan kepada semua bangsa.
Itulah sebabnya bila kita telah mengalami sukacita dan damai sejahtera dari Allah kitapun harus mewartakan kasih Allah itu kepada semua orang. Seperti pemazmur, ‘Aku wartakan karya agung-Mu Tuhan, karya agung-Mu karya keselamatan’. Jangan biarkan hanya kita sendiri yang mengalaminya melainkan semua orang dapat merasakan keselamatan yang dari Allah. Karena itu juga, kita harus saling mendoakan dalam masa-masa penantian ini.
Rasul Paulus mengajarkan untuk selalu mendoakan orang lain. Kita mendoakan agar bukan hanya tercapainya kesiapan-kesiapan secara lahiriah melainkan juga secara batiniah. Kita menyiapkan diri agar hati kita masing-masing dapat menjadi palungan bagi bayi mungil Yesus.
(Fr. Dkn. Stenly Ambun)
“…dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan” (Luk. 3:6).
Marilah berdoa:
Tuhan, datanglah dan jadikanlah hatiku sebagai palungan-Mu. Amin.











