Hari Biasa (H)
1 Tes. 3:7-13; Mzm. 90:3-4,12-13,14,17; Mat 24:42-51.
Manusia tidak mengetahui kapan waktu mereka akan tiba. Manusia secara pribadi tidak bisa memprediksi dengan persis saat mana kematian mereka itu terjadi. Ada banyak orang yang bisa menerawang dan memprediksi kapan dunia akan berakhir. Tetapi semua pendapat itu dipatahkan dan bahkan tak terjadi sama sekali. Ini membuktikan bahwa kuasa untuk menentukan dan membuat kiamat atau akhir zaman dalam kehidupan manusia tidak lain ialah Tuhan. Mengapa demikian? Karena manusia tak memiliki kuasa sedemikian dahsyat lebih daripada Tuhan.
Bacaan Injil hari ini mengisahkan tentang perkataan Yesus dalam menghadapi akhir zaman. Poin penting apa yang Yesus katakan? Konteks perkataan Yesus ini merujuk pada apa yang harus manusia perbuat untuk menjadi pribadi yang siap menghadapi akhir zaman. Ketakutan menghadapi akhir zaman memang tak bisa kita pungkiri. Tetapi ketakutan ini bukanlah yang diharapkan Yesus. Tindakan yang persis diharapkan oleh Yesus ialah kesetiaan untuk berjaga-jaga. Kesetiaan menuntut diri orang untuk terus mawas diri. Kesetiaan yang dimaksudkan Yesus ialah setia untuk hidup suci, setia untuk hidup murni, setia untuk berbuat baik dan setia untuk melaksanakan perintah Allah. Kesetiaan inilah yang menjadi pelindung utama, menjadi baju zirah manusia dalam menghadapi akhir zaman.
Tidak bisa dipungkiri bahwa kerap kali manusia jauh dari kesetiaan. Ini pula yang menjadi titik perbincangan Rasul Paulus dalam surat kepada jemaat di Tesalonika. Paulus mengharapkan agar umat tetap memiliki iman yang utuh. Paulus telah mengirimkan Timotius untuk menguatkan hati dan menasihati umat di Tesalonika supaya mereka tetap setia dan jangan goyah. Bila manusia setia, kesetiaannya akan berbuah dan buahnya ialah Allah memberikan kelimpahan kasih-Nya bagi manusia, bukan hanya untuk seorang diri saja, melainkan bagi banyak orang. Selain berkelimpahan, Allah akan selalu menyertai dan menguatkan mereka supaya hidup kudus dan tak bercacat.
Kita tak harus takut melawan kematian dalam hidup kita. Yang perlu kita pikirkan ialah sudah sejauh mana kesetiaan untuk melaksanakan kehendak Allah. Mari merenungkan apa yang kita lakukan dalam kehidupan kita. Apakah saya telah benar-benar setia melaksanakan kehendak Allah? Semoga kita setia menjaga iman dan tak lelah dalam melaksanakan kehendak Allah.
(Fr. Dirros Pugon)
“Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang”
(Mat. 24:42).
Marilah berdoa:
Tuhan, jadikanlah hati dan pikiranku sama seperti hati dan pikiran-Mu, supaya aku bisa setia melaksanakan apa yang Engkau kehendaki dan harapkan dari diriku. Amin.