“Akhir Penderitaan”: Renungan, Selasa 26 November 2019

0
1907

Hari Biasa (H)

Dan.2:31-45; MT Dan. 3:57,58,59,60,61; Luk. 21:5-11

Saudara terkasih, penderitaan menjadi salah satu jalan untuk mencapai kebahagiaan. Kualitas kebahagian dapat juga diukur dari seberapa berat manusia mengalami penderitaan sebelum ia memperoleh kebahagiaan. Hal ini dapat  dilihat dalam sejarah perkembangan Gereja. Di mana Gereja dapat bertahan sampai saat ini karena telah melewati berbagai tantangan. Gereja juga bertahan karena karya keselamatan Allah yang dikerjakan oleh Kristus sebagai Kepala Gereja dan Roh Kudus yang terus menyertai dan membimbing Gereja.

Dalam Injil hari ini dikisahkan tentang kehancuran Bait Allah dan permulaan penderitaan bagi para murid. Yesus tidak memberikan jawaban yang pasti kepada para murid, melainkan Yesus menyuruh para murid untuk waspada supaya tidak disesatkan. Sebab para murid akan diterpa berbagai cobaan yang dapat menyesatkan mereka.

Ketika mereka bersama dengan Yesus, para murid menjadi orang-orang yang punya tujuan dan arah hidup. Tetapi, ketika Kristus sudah berpisah dengan mereka maka cobaan mulai menggerogoti iman mereka. Para murid dapat saja dihancurkan seperti Bait Allah. Landasan yang kokoh tak dapat bertahan ketika kesesatan yang datang atas nama Yesus menerpa mereka. Kecemasan para murid tergambar dari pertanyaan mereka kepada Yesus tentang kapan waktu kehancuran itu. Dan jika itu terjadi, penderitaan yang akan datang tidak menjadi hal yang dapat disepelekan.

Yesus mengambarkan penderitaan dengan berbagai peristiwa mulai dari kehancuran Bait Allah. Orang yang membawa kesesatan atas nama Dia. Dan terjadinya peperangan dan pemberontakan. Semua itu akan terjadi, tetapi Yesus meyakinkan para murid bahwa itu bukanlah akhir dari segalanya. Siapa yang dapat tetap waspada dan bertahan sampai akhir untuk melawan kesesatan. akan memperoleh kebahagiaan. Permulaan penderitaan harus dialami para murid tetapi penderitaan akan berakhir. Sebab akhir dari penderitaan adalah kemenangan atas kesesatan dan tingggal bersama dengan Kritus.

Saudara yang terkasih, Yesus menyuruh kita waspada supaya tidak disesatkan. Salah satu cara yaitu dengan menyambut Tubuh dan Darah Kristus. Dalam ekaristi Kristus sungguh hadir secara nyata ketika kita menyambut-Nya. Ekaristi menjadi  landasan dan kekuatan bagi kita untuk melawan kesesatan dan untuk bertahan dalam penderitaan. Supaya kita tidak dihancurkan seperti Bait Allah di Yerusalem, tetapi tetap berdiri kokoh dan megah dalam Kristus sebagai Bait Allah yang kekal.

(Fr. Fiki Panggola)

“Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan” (Luk. 21:8).

Marilah berdoa:

Ya Tuhan, bantulah kami pada saat kami mengalami cobaan yang dapat menggerogoti iman kami kepada-Mu. Amin

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here