“Terang Dunia”: Renungan, Sabtu, 29 Desember 2018

0
3734

Hari Kelima Dalam Oktaf Natal (P)

1Yoh. 2:3-11;Mzm. 96:1-2a,2b-3,5b-6; Luk. 2:22-35. Kid. 1:1-8.

Secara harafiah terang adalah sinar cahaya yang menyinari setiap ruang di mana ada kegelapan. Itu menjadi sebuah peristiwa fenomenal yang terus terjadi sepanjang sejarah perjalanan hidup manusia. Di mana ada kegelapan, bila terdapat setitik cahaya, maka kegalapan akan berubah menjadi terang. Karena ada terang, maka kita dapat memandang dan mengenal setiap objek yang ada di dunia.

Bacaan-bacaan kitab suci hari ini, menjelaskan dua hal tentang terang. Pertama, Yohanes menggambarkan bahwa terang tidak lain adalah kasih. “Barang siapa mengasihi saudaranya ia tetap berada di dalam terang.” Tetapi di balik terang ada kegelapan yang digambarkan sebagai kebencian yang merupakan lawan dari terang. Yohanes menegaskan bahwa “barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan.”

Kedua, dalam bacaan Injil, terang dijelaskan sebagai Kristus yang adalah cahaya para bangsa. Artinya, Kristus adalah terang bagi setiap manusia. Siapa saja yang datang kepada Kristus dan mengikuti-Nya, ia akan hidup dalam terang. Terang yang dimaksud adalah kasih, kedamaian dan kenyamanan. Kristus sebagai cahaya yeng menerangi setiap kegelapan. Kegelapan yang juga dimaksud di sini adalah kebencian, perpecahan dan keresahan. Karena itu, setiap orang yang hidup dalam Kristus, maka ia juga hidup dalam kasih, persaudaraan, kedamaian, dan ketentraman.

Kita masih berada dalam suasana suka-cita hari raya natal, yakni hari raya kelahiran Yesus Kristus Juru Selamat kita. Suka-cita di hari yang besar ini, ditandai dengan hiasan warna-warni yang mengungkapkan syukur dan kebahagiaan kita. Bahkan di mana-mana kita mendengar puji-pujian karena sukacita dan kegembiraan Sang Emmanuel yang telah datang. Maka biarlah hati kita bersukacita karena kedatangan Kristus. Bersama Pemazmur kita mengangkat pujian “biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai.”

Semoga masa natal ini mengungkapkan sukacita dan kegembiraan kita karena keselamatan yang telah kita lihat dalam Kristus, seperti diungkapkan oleh Simeon: “Sekarang Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera sesuai dengan firman-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain.”

(Fr. Josep Ohohleidjaan)

“Biarlah Langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai” (Mzm. 96:11).

Marilah berdoa:

Ya Tuhan, buatlah hatiku bersukacita karena kedatangan-Mu. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here