Hari Biasa (H).
Ibr.13:1-8; Mzm 27:1,3,5,8b-9abc; Mrk. 6:14-29. Pfak. S. Ansgarius, Uskup dan Pfak S. Blasius, Uskup dan Martir.
Dendam adalah suatu perasaan yang lahir dari perasaan benci atau marah. Seringkali rasa ini dipendam secara rahasia oleh seseorang. Dendam juga boleh lahir dari hasrat dengki atau ketidakpuasan hati. Dendam ibarat setan yang mencari waktu atau saat yang tepat untuk melampiaskannya. Bahkan dendam itu berbahaya karena kadang dapat menghilangkan nyawa seseorang. Orang yang memiliki niat untuk membalas perbuatan tidak menyenangkan orang lain terhadap diri sendiri sering disebut pendendam. Perilaku semacam ini tentu sangatlah tidak baik dan akan memicu konflik bahkan pembunuhan
Saudara terkasih, bacaan Injil hari ini menceritakan kematian Yohanes Pembaptis. Kematian Yohanes dikarenakan Herodias, istri Herodes yang menaruh dendam kepadanya bahkan ingin membunuhnya. Dendam Herodias ini muncul karena Yohanes pernah menegur Herodes katanya: “Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!”. Namun, Herodes menghargai dan melindungi Yohanes sebab dia adalah orang yang benar dan suci. Akhirnya juga datang waktu dan saat yang tepat bagi Herodias untuk melampiaskan dendam kepada Yohanes.
Herodes menawarkan hadiah bagi anak perermpuan Herodias yang telah tampil menari sehingga menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya. Anak perempuan Herodias menanyakan kepada ibunya: “Apa yang harus kuminta?” (ay. 24). Karena dendam Herodias yang telah membara, ia menjawab, “Kepala Yohanes Pembaptis” (ay.24). Perkataan Herodias menunjukkan perasaan dendam mendalam tanpa memikirkan keselamatan orang lain. Lalu, Herodes menyerahkan kepala Yohanes di sebuah talam dan memberikannya kepada anaknya. Kemudian kepala itu diserahkan kepada Herodias, isterinya. Sungguh disayangkan, kebenaran hati nurani Herodes harus dihancurkan dan dikalahkan oleh sikap mementingkan diri sendiri, gengsi dan teristimewa dendam dari istrinya.
Dalam bacaan pertama kita diajak untuk menaruh dan memelihara kasih, bukan dendam. Kasih memurnikan jiwa kita dari segala percekcokkan atau perselisihan. Yesus Kristus telah mempraktikkan bagaimana ketulusan-Nya untuk mencintai sesama sampai Ia rela mengorbankan dirinya di kayu salib demi menebus dosa kita. Tak ada dendam bagi-Nya untuk kita. Dia telah menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri. Maka, tidak usah kita membuang waktu dalam hidup kita hanya untuk mendendam orang lain. Sebaliknya, doakanlah sesama kita dan berbuat kasihlah kepada mereka.
(Redaksi)
“Peliharalah kasih persaudaraan” (Ibr. 13:1).
Marilah berdoa:
Ya Allah, anugerahkanlah kepadaku hati yang mengasihi dan mengampuni. Amin.