Setiap orang pastinya pernah mengalami pengalaman tentang hati nurani. Namun sebelum lanjut, apakah hati nurani itu? Apakah semua orang mempunyai hati nurani? Jika memang manusia memiliki hati nurani, mengapa manusia melakukan kejahatan atau sesuatu yang tidak baik dan tidak jujur? Hati nurani merupakan keterarahan hati manusia ke yang baik, jujur dan adil kepada nilai moral. Artinya dalam situasi apa pun kita secara pribadi harus memilih yang baik bukan yang jahat, memilih yang jujur dan bukan yang tidak jujur, memilih yang adil dan bukan yang tidak adil.
Kitab Hukum Kanonik 1778 mengatakan bahwa hati nurani adalah keputusan akal budi, di mana manusia mengerti apakah satu perbuatan konkret yang ia rencanakan, sedang laksanakan, atau sudah laksanakan baik atau buruk secara moral.
Saya ingin menceritakan suatu pengalaman. Pengalaman ini saya alami ketika saya masih kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di kota Manado pada tahun 2012. Pada saat itu, saya berkumpul dan bercerita dengan teman-teman di kampus. Ketika kami sedang berbicara tiba-tiba salah satu teman saya berkata, “Bagimana kalo torang pigi pa Tyson pe rumah di Minut”. Dengan penuh semangat, kami semua menjawab, “Okey”. Tanpa berlama-lama, kami pun berangkat ke tempat teman kami. Sesampainya di sana, kami beristirahat sejenak, kemudian melanjutkan acara dengan makan bersama.
Di rumah teman kami, saya diminta oleh teman-teman saya untuk minum saledo (salah satu jenis arak khas di Minahasa Utara, Sulawesi Utara). Jujur, waktu itu saya tidak suka minum minuman beralkohol. Sontak saja, saya menolak tawaran teman-teman dan tidak ingin meminumnya. Namun mereka semua terus memaksa sampai akhirnya saya minum dan mabuk. Saya pulang dalam keadaan mabuk dan tidak ingin pulang ke rumah. Saat itu, saya memilih untuk tidur di kampus karena malu dan takut dengan keluarga di mana saya tinggal.
Dari pengalaman saya di atas, saya belajar bahwa saya harus bisa menjadi pribadi yang berani berkata ‘jujur’ dan ‘tidak’ terhadap segala tawaran/bujukan yang hanya akan menjerumuskan saya kepada hal-hal yang tidak baik. Sebab jika saya terus-menerus mengarahkan hati saya pada hal-hal yang tidak baik, perlahan-lahan hati nurani saya melemah. Ini bisa menjadi pelajaran juga buat kita semua, bahwa jangan sampai hati nurani kita melemah, karena ketika hal itu terjadi kita tidak bisa lagi mendengar dan mengenal suara Sang Ilahi.
Ketika kita mengabaikan hati nurani kita, kita akan cenderung melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hati nurani yang secara mutlak mengarahkan kita kepada sesuatu yang baik. Baik saya dan anda sudah seharusnya menggunakan suara hati dengan baik. Suara hati akan memimpin kita untuk senantiasa berbuat baik dan menghindari hal yang jahat. Hati nurani merupakan inti manusia yang paling rahasia, sanggar sucinya; di situ ia seorang diri bersama Allah, yang sapaan-Nya menggema dalam hatinya.
Jadi sebagai orang beriman, penting bagi kita untuk terus membentuk hati nurani kita, agar setiap keputusan moral diterangi, kita bisa memutuskan secara tepat dan benar. Seseorang semakin terlihat religi dan dekat dengan Tuhan ketika dia mampu membentuk hati nuraninya dengan baik dan benar. Saya saat ini masih sedang berjuang untuk menjadi pribadi yang lebih baik karena sampai saat ini saya kurang baik dalam menggunakan hati nurani saya. Banyak pengalaman hidup yang saya lakukan bertentangan dengan hati nurani.
Fr. Michael Mefri Kewo