Refleksi : “Aku Dipanggil Dengan Cara-Nya”

0
21 views

“Aku tahu bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal” (Ayb. 42:2). Ayat Kitab Suci inilah yang menjadi motto panggilan saya sebagai seorang calon imam.

Saya merefleksikan pengalaman bagaimana Tuhan memanggil saya dengan cara-Nya yang sangat luar biasa. Pada awalnya, sebelum saya masuk seminari, saya termasuk orang yang pesimis akan masa depan. Semenjak SD sampai SMA, saya adalah orang yang sangat malas belajar. Hal itu membuat saya merasa malu setiap kali ditanya orang tua mengenai nilai di sekolah. Setelah lulus SMA saya akhirnya mulai mencari pekerjaan. Beberapa kali saya harus pindah pekerjaan karena merasa tidak betah. Terakhir kali saya bekerja di salah satu rumah makan di Manado, sebelum akhirnya saya berhenti bekerja.

 Setelah berhenti bekerja, saya kembali ke kampung halaman dengan tujuan ingin membantu orang tua. Tetapi kenyataannya tidak sesuai ekspektasi. Setelah pulang di kampung halaman, saya mulai menjadi anak yang “liar”. Liar dalam artian, mulai terjerumus dalam pergaulan bebas. Hampir setiap hari, saya hanya  menghabiskan waktu dengan teman-teman. Minum minuman keras, buat kekacauan, dll.

Suatu saat saya mulai menyadari bahwa hidup saya jauh dari Tuhan. Akhirnya, timbul dalam keinginan saya untuk berubah. Saya ingin menjadi anak Tuhan yang baik. Menyadari semuanya itu, saya akhirnya mulai rajin ke gereja, rajin ikut ibadah OMK dll. Dan akhirnya, saya dipanggil Tuhan dengan cara yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.

Pada hari itu, ketika saya masuk gereja, ada dua teman yang menawarkan untuk ikut tes di seminari. Memang saya sempat menolak tawaran mereka, karena saya sadar bahwa saya tidak pantas untuk masuk seminari.  Bagi saya, untuk menjadi seorang calon imam harus pintar dan lain sebagainya. Tetapi setelah dipikir-pikir, akhirnya saya mau juga untuk mengikuti tes.

Setelah melengkapi berkas-berkas yang diperlukan, dan sudah disetujui untuk ikut tes, saya pun melapor ke kedua orang tua, dan dengan senang mereka menyetujui keinginan saya untuk masuk seminari. Singkat cerita, saya akhirnya ikut tes di Seminari Agustinianum Tomohon, dan dinyatakan lulus. Saya pun mulai mengikuti proses pembinaan.

Meski pada awalnya sulit bagi saya untuk beradaptasi dengan kehidupan yang ada di seminari KPA, namun pada akhirnya saya dapat melewati semuanya dengan baik, dan sekarang saya bersyukur sudah tingkat 3 di Seminari Tinggi. Saya sangat bersyukur atas rahmat panggilan yang sudah Tuhan percayakan untuk saya jalani.

(Fr. Jeky Mononimbar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here