“Jangan Buta Hatimu!”: Renungan, Minggu 22 Maret 2020

0
48 views

HARI MINGGU PRAPASKAH IV (U).

1Sam. 16:1b,6-7,10-13a; Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6; Ef 5:8-14; Yoh. 9:1-41 (Pendek: Yoh. 9:1,6-9,13-14,34-38)

Di Minggu Prapaskah IV ini umat beriman dipanggil agar bersukacita, sebab Terang Kristus semakin dekat. Gereja Katolik pun menyebut minggu ini sebagai Minggu Laetare (Sukacita). Kita bersukacita sebab Paskah Kristus kian dekat dan menyemangati kita untuk menyelesaikan masa pertobatan ini dengan penuh sukacita.

Injil hari ini berkisah tentang seorang yang buta sejak lahirnya. Perjumpaan dengan Yesus merupakan sukacita yang begitu besar yang dialami si orang buta. Yesus pun menyembuhkan matanya, sehingga ia bisa melihat.

Di balik sukacita tersebut, konflik antara orang-orang sekitar yang melihat kesembuhan orang buta itu pun berkecamuk. Kaum Farisi, tetangga, bahkan keluarganya pun tidak percaya dengan kesembuhan yang dialami orang buta tersebut. Kesembuhan si buta membuat orang lain ikut menjadi buta, namun bukan buta secara fisik, melainkan batin dan jiwa mereka.

Para murid pun ikut-ikut menjadi buta dengan mempertanyakan siapa yang berdosa sehingga orang itu terlahir buta. Namun bagi Yesus hal itu terjadi bukan karena Dosa. Yesus menjadikan keadaan orang buta sebagai sarana membawa harapan, sukacita, dan terang agar orang-orang dapat melihat dan percaya kepada-Nya.

Hal yang sama dialami oleh Samuel. Ia bersukacita karena ia bisa melihat apa yang dilihat oleh Allah. Melaluinya Allah memilih Daud sebagai raja Israel, bukan karena keunggulan fisiknya melainkan karena hatinya. Iman seorang Daud yang rindu akan Allah yang menjadi dasar atas terpilihnya ia sebagai Raja Israel menggantikan Saul yang telah ditolak oleh Allah. Dari sinilah kita pun memahami bahwa sukacita dari Allah dapat kita terima jika hati kita mau menerima terang dari Allah.

Saudara, di Minggu Prapaskah IV ini, kita diajak untuk membuka mata hati kita terhadap Sang Terang. Janganlah hati kita menjadi buta terhadap hal-hal yang sederhana, yang melaluinya kehadiran Kristus menjadi nampak. Berpuasa dan pantang di masa prapaskah pun bukan sekedar aksi mengekang makan-minum atau aktifitas berlebihan yang kerap kita lakukan. Melainkan dapat menjadi sarana bagi kita untuk belajar mengosongkan diri. Tujuannya agar mata hati kita semakin terbuka melihat terang Allah yang kian dekat melalui Pertobatan.

Tentang pertobatan itu, Rasul Paulus mengingatkan kita agar mau menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan dan bangkit untuk melihat dan menerima Terang Kristus. Demikian seperti orang buta yang telah disembukan, maka dengan pertobatan mata hati, kita pun mengalami kesembuhan atas dosa. Tujuannya, agar kita semakin merasakan sukacita dari Allah di Masa Prapaskah ini.

 (Fr. Cherril A. F. Tanod)

“Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat menjadi buta” (Yoh. 9:39).

Marilah berdoa:

Ya Allah, kami mohon bukalah hati kami. Amin

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here