Refleksi: “Iman Yang Bahagia”

0
5314

Salah satu keinginan atau tujuan dari manusia ialah hidup bahagia. Kebahagiaan yang tidak lain diberikan oleh Tuhan sendiri. Tuhan yang menciptakan manusia dan sejak awal menghendaki agar manusia dapat hidup bahagia. Kebahagian itu sendiri terdiri atas dua yakni kebahagiaan surgawi (menunjuk pada jiwa seseorang) dan kebahagiaan duniawi (menunjuk pada fisik seseorang).

Kebahagiaan surgawi bisa didapat jika manusia memfokuskan dirinya pada Yesus sendiri. Melakukan hal-hal yang menjadi keinginan atau harapan dari Yesus dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kebahagiaan duniawi bisa didapat jika manusia memfokuskan diri pada dunia tempat ia berada. Melakukan hal-hal yang dapat memenuhi kebutuhan kesehariannya.

Iman merupakan salah satu karunia khusus yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Melalui iman, seseorang dapat memperoleh kebahagiaan. Seperti yang dikisahkan dalam Yoh. 5:21, ketika Yesus membangkitkan anak Yairus dan menyembuhkan seorang perempuan yang sakit pendarahan. Hal ini terjadi karena iman mereka akan Yesus. Sebab iman akan Yesus dapat membawa kita pada kebahagiaan.  

Iman yang bahagia itu akan nampak pada diri kita. Ketika kita bisa mempraktekan dengan baik dan benar cara hidup Yesus. Cara hidup yang suka menolong orang lain yang berkesusahan, rendah hati, taat, setia, tekun, sabar, dan tentunya selalu berdoa kepada-Nya. Inilah bentuk kebahagiaan iman sesungguhnya yang dapat dicapai.

Saya pun bersyukur karena dapat beriman kepada Yesus Kristus. Kendati iman saya pun belum sempurna. Hal ini nampak dalam kehidupan keseharian saya. Saya belum dapat menjalankan kehidupan yang sesuai dengan cara hidup Yesus. Saya seringkali tidak setia, tidak taat dan tidak tekun dalam melakukan sesuatu.

Kendati demikian, saya percaya bahwa kelak dapat hidup seturut dengan teladan Yesus. Saya percaya karena di tengah-tengah keberdosaan, kerapuhan dan keterbatasan, Tuhan memanggil saya. Ia memanggil saya untuk berjalan di jalan-Nya yang kudus dan suci ini. Padahal masih terdapat sekian banyak orang pandai dan bijaksana yang kemampuannya jauh melebihi saya di luar sana.

Oleh karena itu, menanggapi akan panggilan yang diberikan-Nya itu, saya pun harus berusaha sekuat tenaga untuk bisa hidup seturut kehendak-Nya. Cara yang tepat bagi saya untuk mewujudkan semuanya itu ialah dengan belajar menjadi sama seperti seorang hamba. Mengapa demikian? Karena melalui sikap inilah, saya dapat melayani banyak orang. Dengan cara membantu atau menolong orang-orang yang mengalami kesusahan. Selain itu, saya juga bisa melayani orang yang sakit dan menderita. Serta dapat melayani Tuhan sendiri melalui doa dan karya saya.

(Fr. Pieter Lermatan)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini